6. "As-Salam"
6. Nama Allah "As-Salam"
"As-Salam"
adalah salah satu nama Allah yang artinya adalah yang memberikan keselamatan.
As-Salam berarti: yang keselamatan sifat-Nya, yaitu terbebas dari segala cacat,
keselamatan perbuatan-Nya dari kekurangan, dan keselamatan perbuatan-Nya dari
keburukan atau yang jahat.
Wajib bagi kita
meyakini bahwa As-Salam termasuk salah satu nama Allah, dan kita boleh berdoa
atau memanggil Allah dengan menyebut "Ya Salam." Kita juga wajib
meyakini bahwa tidak ada satu pun dari perbuatan Allah yang mengandung
keburukan. Hal ini berbeda dengan takdir, di mana kita wajib meyakini bahwa
takdir baik dan buruk datang dari Allah. Perbuatan Allah berbeda dengan takdir.
Ketetapan atau takdir yang buruk dari Allah, misalnya sakit, kehilangan harta,
dan lain-lain, meskipun musibah yang kita terima, baik pada diri kita sendiri,
keluarga, atau pada orang lain, seperti sakit-sakitan, kehilangan orang yang
kita cintai, dan lain-lain, sebenarnya bukanlah keburukan atau kejahatan. Jika
kita bisa memahaminya dan menerimanya, tetapi jika kita tidak bisa memahami
atau menerima sesuatu yang datang dari Allah, baik berupa nikmat atau yang
lainnya, maka itu bisa berubah menjadi keburukan atau bencana.
Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidak ada sesuatu pun yang
menimpa seorang mukmin, baik itu kelelahan, sakit, kesedihan, atau
kekhawatiran, hingga duri yang menusuk kakinya, melainkan Allah akan menghapus
dosa-dosanya dengan salah satu sebab-sebab tersebut."
Artinya: Tidak
ada satu pun yang menimpa seorang Muslim, baik berupa kelelahan, sakit,
duka-cita, atau kekhawatiran, hingga sekecil-kecilnya duri yang menusuk
kakinya, melainkan Allah menghapus dosa-dosanya melalui salah satu sebab
tersebut. Maksudnya, musibah-musibah yang menimpa pada diri kita, harta, atau
keluarga itu adalah untuk memperbaiki dan membersihkan rohani kita. Sebagai
perumpamaan, jika kita memiliki penyakit di dalam tubuh, kemudian dioperasi
oleh dokter, apakah tindakan dokter itu bisa kita katakan sebagai keburukan?
Tentu tidak! Karena tindakan dokter itu adalah suatu kebaikan untuk
menyembuhkan tubuh kita. Begitu juga ketika Allah ﷺ
memberikan sebuah musibah, itu tidak lain adalah untuk memperbaiki rohani kita
dari penyakit-penyakit yang disebabkan oleh dosa-dosa yang kita lakukan.
Disebutkan
sebelumnya bahwa ada seorang sahabat Rasulullah yang masuk Islam pada masa
jahiliah. Dia menjalin hubungan dengan seorang wanita. Setelah dia masuk Islam,
dia berhijrah ke Madinah, dan wanita itu juga masuk Islam. Suatu hari, sahabat
tersebut bertemu dengan wanita itu, kemudian mereka saling berbincang-bincang.
Setelah selesai, wanita itu meninggalkan tempat itu, dan sahabat tersebut terus
memandangi wanita itu hingga kepalanya terbentur.
Dinding itu
membuat kepalanya benjol, kemudian dia datang kepada Rasulullah ﷺ untuk menceritakan kejadian tersebut, lalu
Rasulullah ﷺ dengan tegas bersabda:
"Apabila
Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia akan menyegerakan hukuman
baginya di dunia."
Artinya:
Apabila Allah menghendaki seseorang menjadi baik, maka Allah akan segera
memberikan hukuman di dunia.
Jika kita
melakukan maksiat atau dosa kepada Allah dan tidak mengalami sakit-sakitan atau
tidak ada bencana atau musibah yang menimpa kita, maka hal tersebut
dikhawatirkan akan disimpan oleh Allah dan akan diberikan hukumannya di
akhirat.
Memahami
Musibah
Setiap musibah
yang datang menimpa kita harus dicermati atau dipahami dengan baik. Para ulama
berkata: Setiap musibah yang menimpa kita, apabila kita menerimanya dengan
ridha kepada Allah, maka itu akan meningkatkan derajat atau kedudukan kita di
sisi Allah. Juga, setiap musibah yang menimpa kita, apabila kita menerimanya
dengan sabar, maka itu akan menghapus dosa-dosa kita. Sebaliknya, setiap
musibah yang datang apabila diterima dengan keluh kesah, maka itu merupakan
pendahuluan dari siksa-siksa yang akan datang berikutnya.
Mengamalkan
Makna As-Salam
Setelah kita
memahami dan meyakini bahwa As-Salam adalah salah satu dari Asmaul Husna, maka
kita dituntut untuk mengamalkan dan menarik makna serta tujuan yang terkandung
dalam As-Salam.
Seorang hamba
bisa dikatakan sebagai 'Abdul Salam' (hamba yang mendapatkan keselamatan)
apabila dia selamat dari beberapa perkara:
1. Selamat dari melakukan kecurangan
Baik dalam hal yang berkaitan dengan harta benda, seperti menipu cacat barang
yang dijual, kecurangan dalam perdagangan, timbangan, korupsi, dan sebagainya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa menipu kami, maka ia bukan termasuk golongan kami."
Artinya: Orang yang melakukan kecurangan atau penipuan tidak termasuk dalam
golongan kami.
2. Selamat dari dendam
Dendam adalah bentuk kemarahan yang belum tersalurkan di dalam hati. Orang yang
hatinya dipenuhi dengan dendam tidak boleh melakukan amar ma'ruf nahi munkar
atas dasar dendam tersebut.
3. Selamat dari iri dan dengki
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Hasad (iri) memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar."
(HR. Ibnu Majah).
Artinya: Kedengkian itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.
4. Selamat dari niat buruk terhadap orang lain
Sedikit pun dalam hati tidak boleh ada lintasan niat buruk agar orang lain
menderita atau Apabila seorang hamba mampu mengamalkan empat perkara yang
disebutkan di atas, maka hamba tersebut bisa disebut sebagai orang yang
memiliki hati yang selamat, yaitu hati yang selamat dari kecurangan, dendam,
iri hati, dan niat buruk terhadap orang lain. Allah menjelaskan dalam
Al-Qur'an:
"Pada hari di mana harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali
orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat." (Asy-Syu'ara:
88-89)
Artinya: Pada hari itu, harta dan anak-anak tidak akan bermanfaat kecuali orang
yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.
Diriwayatkan
bahwa pada suatu waktu Rasulullah ﷺ
sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, beliau bersabda: "Sebentar
lagi akan datang seorang laki-laki penghuni surga." Tak lama kemudian
datanglah seorang laki-laki. Keesokan harinya, Rasulullah ﷺ berkata kepada para sahabatnya seperti perkataan beliau pada
hari sebelumnya, demikian berulang hingga tiga hari berturut-turut. Maka salah
seorang sahabat yang bernama Amr bin Ash berkata: "Aku ingin melihat
keistimewaan apa yang dimiliki oleh laki-laki ini sehingga Rasulullah ﷺ selama tiga hari berturut-turut
menyebutnya sebagai penghuni surga."
Kemudian Amr bin Ash mengikuti laki-laki tersebut hingga ke rumahnya dan
berkata kepadanya: "Aku ingin meminta izin untuk bermalam di
rumahmu." Akhirnya, Amr bin Ash bermalam di rumah laki-laki itu. Lalu
Amr bin Ash bertanya kepada laki-laki tersebut: "Beberapa kali
Rasulullah mengatakan bahwa engkau adalah..."
Dia adalah
penghuni surga. Amr bertanya: "Apa yang engkau amalkan sehingga engkau
disebut seperti itu oleh Rasulullah? Aku tidak melihatmu banyak melakukan
ibadah seperti salat sunnah." Laki-laki itu menjawab: "Memang, aku
tidak memiliki banyak amalan yang istimewa, namun dalam hatiku sedikit pun
tidak pernah ada keinginan agar orang lain menjadi sengsara, susah, atau
celaka. Dalam hatiku, aku hanya menginginkan kebaikan bagi orang lain, baik di
dunia maupun di akhirat."
Ini adalah
contoh orang yang memiliki hati yang selamat. Jika hati kita selamat dari iri
hati, kecurangan, dendam, serta selamat dari niat buruk terhadap orang lain,
berarti kita telah memperoleh sebagian dari nama Allah 'As-Salam' dan layak
disebut sebagai 'Abdul Salam.' Dan Allah lebih mengetahui yang benar.
Komentar
Posting Komentar