2 Al-Rahim (الرحيم) – Maha Penyayang

 4.2 Al-Rahim (الرحيم) – Maha Penyayang

 

1. Pengertian Ar-Rahim

Nama Ar-Rahim adalah salah satu dari Asmaul Husna, yang menggambarkan Allah sebagai Zat yang Maha Penyayang. Nama ini berasal dari kata dasar raḥma (رحمة), yang berarti kasih sayang, kelembutan, dan belas kasih. Dalam bahasa Arab, Ar-Rahim menekankan sifat Allah yang memberikan rahmat dan kasih sayang yang khusus kepada makhluk-Nya, terutama kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.

Jika nama Ar-Rahman menggambarkan kasih sayang Allah yang universal untuk semua makhluk, maka Ar-Rahim menggambarkan kasih sayang Allah yang lebih spesifik, yang diberikan kepada orang-orang beriman, baik di dunia maupun di akhirat. Ar-Rahim juga menunjukkan sifat kasih sayang Allah yang berkesinambungan dan kekal. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

 

قُلِ ٱدْعُوا ٱللَّهَ أَوِ ٱدْعُوا ٱلرَّحْمَـٰنَ ۖ أَيًّا مَّا تَدْعُوا فَلَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ

 “Katakanlah: ‘Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Asmaul Husna (nama-nama yang baik)...” (QS. Al-Isra’: 110)

Dalam hadits, Rasulullah juga sering menyebutkan rahmat Allah yang tiada batas dan mengajarkan umatnya untuk senantiasa memohon rahmat dan kasih sayang dari Allah yang Maha Penyayang.

 

2. Hikmah dari Nama Ar-Rahim

Ada sedikit perbedaan antara Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Jika Ar-Rahman berarti kasih sayang yang luas, yang memberikan nikmat-nikmat besar, maka Ar-Rahim berarti kasih sayang yang lembut, yang memberikan nikmat-nikmat kecil seperti nikmat kekayaan, kecantikan, tambahan iman, dan lainnya.

Ada perbedaan lain antara Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Jika Ar-Rahman adalah khusus untuk Allah saja, maka Ar-Rahim bisa diberikan oleh Allah kepada makhluk-Nya, seperti Nabi Muhammad yang diberi nama Ar-Rahim. Juga seorang ibu yang penuh kasih sayang terhadap anaknya bisa juga diberikan nama oleh Allah dengan nama Ar-Rahim.

Allah memiliki seratus rahmat, dan dari seratus rahmat tersebut, hanya satu yang diturunkan ke dunia ini. Betapa besar kasih sayang Rasulullah terhadap umatnya, dan betapa besar kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Namun, semua itu hanya berasal dari satu rahmat yang diturunkan ke dunia ini. Artinya, masih ada sembilan puluh sembilan rahmat yang disimpan oleh Allah untuk hamba-hamba-Nya di akhirat nanti.

Diriwayatkan dalam sebuah hadis, ada seorang laki-laki yang ditalkinkan dengan zikir "La ilaha illallah," tetapi dia tidak mampu mengucapkannya. Lalu keluarga laki-laki tersebut meminta Rasulullah untuk menalkinkannya dengan zikir tersebut di telinga laki-laki itu.

Setelah ditalkinkan oleh Rasulullah , laki-laki itu tetap tidak mampu mengucapkannya. Kemudian Rasulullah bertanya: "Apakah dia shalat, membayar zakat, dan berpuasa?" Dijawab oleh keluarganya: "Semua itu dia lakukan, wahai Rasulullah." Kemudian Rasulullah bertanya lagi: "Apakah dia berbakti kepada ibunya?" Keluarganya menjawab: "Wahai Rasul, dia tidak berbakti kepada ibunya." Rasulullah berkata: "Nah! Itulah sebabnya dia tidak mampu mengucapkan 'La ilaha illallah'."

Lalu Rasulullah memanggil sang ibu dan bertanya kepadanya: "Apa yang menyebabkan anakmu ini durhaka kepadamu?" Ibunya menjawab: "Wahai Rasul, lihatlah mataku ini rusak akibat dipukul olehnya, bagaimana aku tidak akan marah?" Lalu Rasulullah berkata kepada ibu dari anak tersebut: "Jika engkau tidak meridhai anakmu, lebih baik dia dibakar hidup-hidup daripada nanti dibakar dengan api neraka."

Ketika Rasulullah memerintahkan para sahabatnya untuk mengumpulkan kayu bakar, saat itulah hati ibu tersebut tersentuh dan dia berkata: "Aku mengandungnya selama sembilan bulan sembilan hari, menyusuinya selama dua tahun penuh, apakah pantas untuk dibakar dengan api? Sekarang aku ridha terhadap anakku..." "Ridhailah wahai Rasulullah." Kemudian Rasulullah berhasil menalkinkan zikir di telinga laki-laki tersebut dan akhirnya dia mampu mengucapkan 'La ilaha illallah,' dan dia meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Setelah ibunya tersebut menunjukkan kasih sayang kepada anaknya, meskipun anak itu pernah menyakitinya hingga membuat mata ibunya cacat. Terhadap segala dosa dan maksiat yang dilakukan oleh seorang hamba Allah, namun semua itu tidak akan mengurangi kekuasaan Allah. Oleh karena itu, jika kita benar-benar memohon ampun kepada Allah, pasti akan diampuni, karena Allah memiliki nama 'Ar-Rahim' bahkan 'Ar-Rahman.'

Apa maksudnya Allah memiliki nama 'Ar-Rahim,' bukan hanya sekedar nama 'Ar-Rahman' saja? Maksudnya adalah agar hamba-hamba-Nya tidak pernah ragu untuk meminta kepada-Nya, baik dalam urusan besar maupun urusan kecil, dan pada saat yang sama, sekecil apapun permintaan kita, tetaplah kita meminta kepada-Nya.

Allah pernah berfirman kepada Nabi Musa: "Wahai Musa! Mintalah kepada-Ku bahkan untuk garam yang akan engkau gunakan untuk memasak sayuranmu, mintalah kepada-Ku bahkan untuk urusan sandalmu yang putus." Jadi, kita tidak hanya meminta kepada Allah untuk hal-hal yang besar saja, tetapi mintalah juga untuk hal-hal kecil, karena Dia (Allah) sangat senang apabila diminta.

Sekarang, kita sebagai hamba Allah, bagaimana caranya agar kita dapat meraih keberkahan dari nama-Nya, 'Ar-Rahim'? Bagaimana seharusnya seorang hamba menjadi hamba yang disebut sebagai 'Abd' (hamba) dan 'Abd Ar-Rahman' (hamba dari Yang Maha Pengasih)? Keberkahan seorang hamba dari 'Ar-Rahim' adalah bahwa ia tidak membiarkan kemiskinan atau kebutuhan seseorang tanpa diatasi, melainkan ia menolong sesuai dengan kemampuannya, baik dengan harta, jabatan, atau usaha melalui cara lain. Jika tidak mampu berbuat demikian, maka hendaklah ia menolong dengan doa. Itulah pemikiran seseorang yang telah meraih keberkahan dari nama Allah, 'Ar-Rahim'. Termasuk ibadah yang paling utama untuk mencapai kedudukan yang tinggi di sisi-Nya adalah kasih sayang terhadap makhluk.

Nabi Musa a.s. pernah bertanya kepada Allah: "Ya Allah! Mengapa aku ini Engkau berikan kedudukan yang tinggi, sehingga aku dapat berbicara dengan-Mu?" Lalu Allah menjawab: "Wahai Musa! Engkau diberi gelar 'Kalimullah' (orang yang berbicara dengan Allah), bukan karena ibadahmu, bukan karena kebaikan sosialmu, dan bukan pula karena puasamu. Namun, ingatlah wahai Musa, suatu hari aku menggembala kambing milik mertuamu (Nabi Syuaib a.s.), tiba-tiba seekor kambing lari dan terpisah dari kawanan lainnya. Kemudian, kambing itu aku kejar hingga melewati beberapa bukit, dan akhirnya aku berhasil menangkapnya. Saat aku menangkap kambing itu, sedikitpun aku tidak... (terpotong)." Ia tidak marah, dan sedikitpun aku tidak kecewa terhadap kambing itu."

Selanjutnya, Allah berfirman kepada Nabi Musa a.s.: "Karena rasa kasih sayangmu terhadap makhluk-Ku, maka aku berhak memberimu gelar 'Kalimullah' (orang yang berbicara dengan Allah)."

Ini adalah salah satu bukti dari apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah :

 

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَـٰنُ، ٱرْحَمُوا مَن فِي ٱلْأَرْضِ يَرْحَمْكُم مَن فِي ٱلسَّمَاء.

"Sayangilah oleh kalian orang-orang yang ada di bumi, niscaya orang-orang yang ada di langit akan menyayangi kalian." Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi.

Orang yang tidak mampu merasakan kasih sayang terhadap makhluk Allah tidak akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi-Nya. Seseorang yang telah mencapai derajat yang tinggi pun, jika suatu saat hilang rasa kasih sayangnya, ia akan dihapus oleh Allah dari kedudukannya yang tinggi itu. Dalam suatu riwayat, ada seorang wali Allah yang menampar anak dari seorang perempuan saleh. Sang wali tersebut tidak menjaga perasaan anak tersebut. Tidak lama setelah itu, wali tersebut dicabut oleh Allah dari kewaliannya dan akhirnya menjadi bahan olokan orang-orang. Hal ini terjadi karena sedikit saja kesalahan yang dilakukannya, yaitu tidak memiliki kasih sayang terhadap makhluk Allah.

'Ar-Rahman' dan 'Ar-Rahim' adalah dua nama Allah yang wajib kita sebutkan siang dan malam setidaknya sebanyak tiga puluh empat (34) kali dalam Surat Al-Fatihah, dengan rincian 2x17 rakaat shalat.

Allah tidak mewajibkan menyebut nama-nama seperti "Al-Jabbar," "Al-Qahhar," atau nama-nama lain yang sifatnya menakutkan bagi kita. Hal ini berbeda dengan "Ar-Rahman" dan "Ar-Rahim," yang wajib disebut. Ini adalah petunjuk dari Allah kepada kita agar kita sebagai hamba-Nya tidak mengabaikan kasih sayang kepada sesama. Jadi, jika kita tidak bisa membantu sesama atau saudara karena jarak yang jauh atau ketidakmampuan, maka hendaklah kita setidaknya membantu mereka dengan doa.

Jika kita sudah mampu menjadi seorang hamba dengan menyebut "Bismillahirrahmanirrahim," yang berarti mengambil keberkahan dari nama-nama Tuhan yaitu Allah, Ar-Rahman, dan Ar-Rahim, atau menjadi "Abdullah," "Abdurrahman," dan "Abdurrahim," maka dengan demikian itu akan memudahkan untuk mendapatkan keberkahan dari nama-nama Allah yang lainnya. Karena yang terpenting dari seluruh nama Allah adalah tiga nama tersebut, yaitu Allah, Ar-Rahman, dan Ar-Rahim.

 

3. Pendidikan Karakter dari nama “Ar-Rahim”

Pemahaman tentang nama Ar-Rahim membawa pelajaran penting yang sangat relevan untuk pendidikan karakter. Kasih sayang adalah salah satu nilai utama yang sangat ditekankan dalam Islam. Dalam konteks pendidikan karakter, memahami dan menginternalisasi sifat Ar-Rahim dapat membantu membentuk kepribadian yang penuh kasih, penyayang, dan peduli terhadap orang lain. Beberapa karakter utama yang dapat dibangun dari pemahaman nama Ar-Rahim antara lain:

a. Kasih Sayang kepada Sesama

Salah satu pelajaran yang paling mendasar dari nama Ar-Rahim adalah pentingnya mengembangkan rasa kasih sayang dan empati kepada sesama. Allah sebagai Ar-Rahim menunjukkan bahwa kasih sayang adalah sifat utama yang harus dimiliki oleh manusia dalam berinteraksi dengan orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Allah Yang Maha Penyayang. Sayangilah semua yang ada di bumi, niscaya yang di langit akan menyayangimu.” (HR. Tirmidzi)

Pendidikan karakter berbasis sifat Ar-Rahim mengajarkan peserta didik untuk peduli terhadap orang lain, membantu mereka yang kesulitan, dan menunjukkan belas kasih kepada semua makhluk Allah, baik manusia, hewan, maupun lingkungan sekitar. Kasih sayang bukan hanya sebuah nilai moral, tetapi juga menjadi dasar bagi hubungan sosial yang sehat dan harmonis.

b. Kelembutan dan Sabar

Sebagaimana Allah menunjukkan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya dengan penuh kelembutan, manusia juga harus meneladani sifat ini dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter melalui pemahaman nama Ar-Rahim menekankan pentingnya kelembutan dalam menghadapi berbagai situasi, baik dalam hubungan dengan keluarga, teman, maupun lingkungan kerja.

Kelembutan ini tercermin dalam sikap sabar, tidak mudah marah, dan mampu menahan diri dari perilaku yang keras. Rasulullah SAW adalah teladan terbaik dalam hal ini, karena beliau dikenal sebagai pribadi yang penuh kasih, bahkan kepada mereka yang memusuhinya. Kelembutan dan kesabaran adalah kunci dalam menyelesaikan konflik dan membangun hubungan yang lebih baik dengan sesama.

c. Memberikan Maaf

Nama Ar-Rahim juga mengajarkan pentingnya memberi maaf kepada orang lain. Sebagaimana Allah Maha Penyayang dan Maha Pemaaf, manusia juga harus belajar memaafkan kesalahan orang lain. Pendidikan karakter yang menekankan sifat Ar-Rahim melahirkan individu yang tidak pendendam, tetapi lebih memilih untuk memberikan maaf dan berusaha memperbaiki hubungan.

Memberikan maaf tidak hanya menguntungkan orang yang dimaafkan, tetapi juga memberikan ketenangan jiwa bagi orang yang memaafkan. Dalam kehidupan sosial, sikap mudah memaafkan ini akan memperkuat tali persaudaraan dan mencegah permusuhan yang berkepanjangan.

d. Kepedulian terhadap Orang yang Lemah

Sifat Ar-Rahim juga mengajarkan kita untuk peduli terhadap mereka yang lebih lemah, baik secara fisik, ekonomi, maupun sosial. Allah menunjukkan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang lemah dan memberikan mereka rezeki serta pertolongan. Demikian pula, pendidikan karakter berbasis nama Ar-Rahim mengajarkan peserta didik untuk memiliki rasa tanggung jawab sosial, membantu mereka yang membutuhkan, dan tidak acuh terhadap penderitaan orang lain.

Rasulullah SAW selalu menunjukkan kepedulian yang besar terhadap anak yatim, fakir miskin, dan kaum dhuafa. Beliau mengajarkan umatnya untuk senantiasa berbagi dan peduli terhadap mereka yang kurang beruntung. Pendidikan yang mengajarkan nilai kepedulian ini akan membentuk generasi yang lebih empatik, dermawan, dan peduli terhadap kondisi sosial di sekitarnya.

e. Pengampunan dan Rahmat dalam Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, nama Ar-Rahim juga mengajarkan para pendidik dan peserta didik untuk saling memberikan pengampunan dan mempraktikkan sikap rahmat dalam proses belajar-mengajar. Guru sebagai pendidik harus mencontohkan sifat Ar-Rahim dengan memperlakukan murid-muridnya dengan penuh kasih sayang, sabar, dan kelembutan. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh murid hendaknya ditanggapi dengan bijak, penuh pemahaman, dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk belajar dari kesalahan tersebut.

Sebaliknya, murid juga diajarkan untuk menghormati guru, bersikap lemah lembut, dan menghindari perilaku kasar. Lingkungan belajar yang dibangun atas dasar kasih sayang dan rahmat akan lebih kondusif, sehingga mendukung proses pembelajaran yang efektif dan bermakna.

 

4. Kesimpulan

Nama Ar-Rahim mengandung makna kasih sayang yang sangat dalam dan berkesinambungan, yang menjadi sifat utama Allah dalam hubungan-Nya dengan makhluk-Nya. Pendidikan karakter yang berbasis pada pemahaman nama Ar-Rahim dapat membentuk individu yang penuh kasih sayang, lembut, sabar, peduli, dan mampu memberikan maaf kepada orang lain.

Dengan menginternalisasi sifat Ar-Rahim, diharapkan peserta didik dapat tumbuh menjadi pribadi yang lebih peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain, serta mampu menciptakan lingkungan sosial yang harmonis dan saling mengasihi. Pendidikan karakter yang berlandaskan kasih sayang bukan hanya menghasilkan individu yang baik, tetapi juga membangun masyarakat yang damai, adil, dan penuh dengan kebaikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

6. "As-Salam"

35.Asy-Syakuur