01. ALLAH


Nama yang pertama adalah "Allah"

 

Nama "Allah" adalah nama bagi Zat yang wajib, yang mengandung seluruh sifat-sifat ketuhanan yang ada dengan wujud (keberadaan) yang sejati. Imam Al-Ghazali rahimahullah berkata: "Ketahuilah bahwa nama 'Allah' adalah yang paling istimewa atau paling agung di antara nama-nama lainnya." Nama "Allah" adalah nama yang paling besar di antara nama-nama lainnya karena "Allah" menunjuk kepada Zat-Nya. Para ulama mengatakan bahwa nama "Allah" disebut paling banyak di dalam Al-Qur'an, dengan perkiraan sebanyak 2.360 kali disebut dalam Al-Qur'an, dan nama-nama yang lainnya tidak sebanyak itu. Setiap hari, kita wajib menyebutnya sebanyak 69 kali dalam shalat. Rasulullah bersabda: "Wahai Ali! Hari kiamat tidak akan terjadi selama masih ada seseorang di muka bumi ini yang menyebut 'Allah, Allah.'"

Kiamat tidak akan terjadi selama masih ada yang menyebut nama Allah. Salah satu keagungan nama "Allah" adalah bahwa tidak diperbolehkan untuk memberi nama seseorang dengan nama "Allah" selain Allah, berbeda dengan nama-nama lainnya. Para ulama sepakat bahwa haram untuk menamakan atau memberikan nama sesuatu dengan nama "Allah."

Imam Al-Ghazali rahimahullah berkata, "Jika kita sudah meyakini nama yang pertama ini yaitu (Allah), selanjutnya kita harus berusaha agar bisa menjadi 'Abdullah' atau hamba Allah supaya kita bisa mengambil manfaat dari nama ini. Jika kita hanya mengetahui nama tersebut tetapi belum menjadi hamba, pengetahuan kita tidak akan berpengaruh. Orang kafir juga tahu bahwa nama Tuhan orang Islam adalah 'Allah', namun yang diperintahkan bukan sekadar tahu tetapi berusaha untuk menjadi 'Abdullah' atau hamba Allah."

Bagaimana sesungguhnya sikap atau perilaku seorang hamba Allah yang benar? Selanjutnya, Imam Al-Ghazali rahimahullah berkata: "Untuk menjadi seorang hamba yang sebenarnya, ada empat syarat:

1.  Tidak Melihat Selain Allah (لا يرى غير الله): Artinya, dia tidak melihat selain Allah. Maksudnya, segala sesuatu yang dilihatnya membuat dia ingat bahwa itu adalah ciptaan Allah. Jika kita bisa mengarahkan diri pada hal ini saja, kita sudah mendapat banyak manfaat, di antaranya:

1.  Ikhlas: Jika kita masih melihat yang lain selain Allah, sulit untuk mencapai keikhlasan.

2.  Mengendalikan Amarah: Artinya, kita marah hanya ketika dituntut untuk marah demi membela kebenaran. Dalam salah satu hadis disebutkan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah marah karena kepentingan pribadi, tetapi beliau akan marah jika yang dilanggar adalah aturan-aturan Allah. Beliau sangat jauh dari sifat dendam.

2.  (Kedua) (لا يلتفت الى ما سوى الله)"Wala Yaltafitu Ila Ma Siwa Allah." Artinya: Dia tidak menoleh kepada sesuatu selain Allah. Maksudnya, dalam bertindak, berbicara, berpakaian, dan dalam keadaan apapun, yang diperhatikan adalah keridhaan Allah. Apapun yang dia lakukan atau katakan, jika Allah sudah meridhai, dia tidak peduli dengan orang lain.

3.  (Keempat)(لا يرجو ولا يخاف الا اياه) "Wala Yarju Wala Yakhafu Illa Iyyahu." Artinya: Dia tidak berharap dan tidak takut kecuali hanya kepada Allah. Maksudnya, dalam keadaan apapun, dia hanya berharap kepada Allah dan tidak takut kecuali hanya kepada Allah. Jika dia takut kepada sesuatu selain Allah, ketakutannya itu sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah, misalnya menjauhi ular berbisa, singa, dan apapun yang berbahaya.

4.  Jika kita ingin mendapatkan manfaat dari nama "Allah" ini, maka kita harus memenuhi empat syarat di atas. Sebesar apapun kita bisa menanamkan hal tersebut dalam diri kita, sebesar itulah manfaat yang akan kita dapatkan. Hanya Rasulullah yang telah mendapatkan seluruh manfaat dari nama "Allah" ini dan menjadi hamba yang sebenarnya.

 

Wallahu A'lam Bish-Shawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2 Al-Rahim (الرحيم) – Maha Penyayang

6. "As-Salam"

35.Asy-Syakuur