02. ARRAHMAN
Nama Allah "Ar-Rahman"
"Ar-Rahman"
adalah nama Tuhan yang kedua setelah "Allah." Ar-Rahman berarti Yang
Maha Pengasih, Yang memberi nikmat-nikmat besar, seperti menciptakan kita dari
ketiadaan, memberikan kita iman, Islam, memberikan kita rezeki, kesehatan,
akal, ilmu, dan lain-lain.
Ar-Rahman
khusus untuk Allah, tidak ada satu pun makhluk Allah yang diberi nama oleh-Nya
dengan nama Ar-Rahman. Ar-Rahman adalah nama dari Dzat yang kasih sayangnya
tidak bisa disamai dan tidak bisa diukur. Oleh karena itu, nama Ar-Rahman ini
khusus bagi Allah, sehingga menurut para ulama, makhluk tidak boleh memberikan
nama makhluk lain dengan Ar-Rahman, seperti menamai anak, masjid, toko, atau
yang lainnya dengan nama Ar-Rahman. Tidak ada satu pun kasih sayang yang
melampaui kasih sayang Ar-Rahman. Rasulullah ﷺ
memiliki kasih sayang yang sangat besar terhadap umatnya, tetapi kasih sayang
Allah lebih besar lagi terhadap hamba-hamba-Nya. Ar-Rahman adalah bukti kasih
sayang yang sangat besar dari Allah kepada hamba-hamba-Nya.
**Orang-orang
yang memahami makna Ar-Rahman ini, setiap kali mereka menyebut nama Ar-Rahman
atau mendengar Ar-Rahman, hati mereka dipenuhi rasa tenang karena mereka merasa
mampu mencapai Tuhan yang Maha Pengasih terhadap diri mereka. Dialah Ar-Rahman
yang mengasihi hamba-hamba-Nya yang kasih sayangnya melebihi segala kasih
sayang, yang selalu mengampuni, yang selalu memberi tanpa diminta, yang
menyelamatkan hamba-hamba-Nya yang seharusnya masuk neraka dan disiksa menjadi
masuk surga, serta yang selalu membuka pintu rahmat-Nya.
Salah satu
contoh dari rahmat Allah Ar-Rahman adalah kisah Nabi Isa yang pernah melewati
sebuah kuburan, lalu beliau melihat dan mendengar seseorang dalam kuburan
tersebut sedang disiksa oleh malaikat-malaikat azab. Setelah berjalan cukup
jauh, Nabi Isa melewati kembali kuburan tersebut, yang sebelumnya dikelilingi
oleh malaikat-malaikat azab, namun sekarang dikelilingi oleh malaikat-malaikat
rahmat. Nabi Isa pun berdoa dan memohon kepada Allah untuk mengetahui mengapa
kuburan tersebut yang dulu dikelilingi oleh malaikat-malaikat azab kini
dikelilingi oleh malaikat-malaikat rahmat. Maka Allah memberikan wahyu kepada
Nabi Isa, "Wahai Isa, orang yang berada dalam kuburan itu semasa hidupnya
bermaksiat kepada-Ku. Kemudian, ia meninggal dunia meninggalkan seorang istri
yang sedang hamil. Istrinya melahirkan, dan beberapa tahun kemudian, anaknya
dididik oleh ibunya dengan ajaran agama sehingga si anak tadi mampu mengucapkan
"Bismillahirrahmanirrahim" untuk pertama kalinya, maka Allah
berfirman: "Wahai Isa, Aku merasa malu untuk mengazab manusia atau makhluk
yang di dalam kubur tersebut karena anaknya telah mampu mengucapkan
'Bismillahirrahmanirrahim'." Akhirnya,
makhluk tersebut diselamatkan dari siksa kubur. Ini adalah salah satu contoh
dari kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya. Termasuk dalam makna Ar-Rahman yang
luar biasa adalah doa orang yang masih hidup dapat memberikan manfaat bagi
orang-orang yang berada di dalam kubur, meskipun orang yang sudah berada di
dalam kubur tersebut tidak dapat lagi melakukan apa pun. Namun, karena doa-doa
orang yang masih hidup dan hadiah-hadiah yang dikirimkan, maka dengan kasih
sayang Ar-Rahman, orang yang di dalam kubur tersebut bisa mendapatkan
keselamatan.
Seorang anak
yang berbuat ketaatan dan kebaikan, maka orang tuanya yang berada di dalam
kubur akan mendapatkan pahala, meskipun anak tersebut tidak secara khusus
mendoakan orang tuanya. Bahkan jika seorang anak melakukan ketaatan, orang
tuanya juga akan mendapatkan pahala, meskipun mereka tidak pernah mengajarkan
anaknya untuk berbuat ketaatan karena orang tua adalah sebab keberadaan anak
tersebut. Namun, sebaliknya, dengan sifat Ar-Rahman Allah, jika orang tua
meninggal dunia dan anaknya masih kecil (belum baligh), kemudian anak tersebut
menjadi dewasa dan melakukan maksiat, maka anaklah yang mendapatkan dosa,
sementara orang tuanya terlindungi dari dosa yang dilakukan oleh anaknya.
Rasulullah ﷺ sangat menyayangi umatnya, sehingga Allah
tidak memberikan nama-Nya "Ar-Rahman" kepada beliau. Seorang ibu
sangat menyayangi anaknya, namun Allah juga tidak memberikan nama-Nya
"Ar-Rahman" kepada ibu tersebut. Jika kita mengetahui betapa besar
kasih sayang Allah kepada kita, melebihi dari kasih sayang makhluk mana pun,
maka hal itu seharusnya menambah kecintaan kita dan penghormatan kita kepada
Allah.
Dan setelah
kita memahami kandungan makna "Ar-Rahman" ini, berarti kita sudah
mendapatkan bagian dari pengenalan tentang "Ar-Rahman" meskipun hanya
secara ilmiah. Selanjutnya, kita dituntut bukan hanya sekedar tahu arti
"Ar-Rahman", namun hendaknya lebih dari sekedar itu, yaitu kita harus
mewujudkan dalam kehidupan kita sifat kasih sayang (Ar-Rahman) ini, kita
praktikkan di dalam rumah tangga, lingkungan sekitar, dan dalam berinteraksi
dengan masyarakat sehingga kita benar-benar menjadi "Abdur Rahman"
sebagaimana juga kita dituntut menjadi "Abdullah".
Imam Al-Ghazali
رحمه الله تعالى berkata bahwa orang
yang menjadi "Abdur Rahman" harus berperilaku penuh kasih sayang
kepada hamba Allah, bahkan kepada mereka yang lalai dan ahli maksiat. Mereka
itu harus disayangi oleh orang-orang yang ingin dirinya menjadi "Abdur
Rahman". Bagaimana caranya menyayangi mereka? Tentu dengan cara menasihati
atau mengarahkan mereka.
Salah satu
jalan yang keliru menuju kepada Allah adalah dengan menggunakan nasihat yang
keras dan kasar, bukan dengan kelembutan dan tidak pula dengan memandang rendah
atau sinis terhadap mereka.
Orang yang
telah memperoleh gelar "Abdur Rahman", yaitu hamba yang dirahmati dan
disayangi, seharusnya menyayangi dan menyayangi orang-orang yang jahat itu
memang diperintahkan. Namun, cara menyayangi mereka tentu dengan berusaha
menyelamatkan mereka dari kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan, dan
perlahan-lahan mengarahkan mereka ke jalan yang benar.
Rasulullah ﷺ mengajarkan bagaimana sikap kita terhadap
hamba-hamba Allah, siapapun mereka. Mengapa harus demikian? Karena orang-orang
seperti itu tidak bisa langsung diubah sepenuhnya dengan kekerasan, melainkan
dengan kelembutan dan nasihat yang baik. Dengan izin Allah, kita akan bisa
membawa mereka ke jalan yang benar. Dan jika kita sudah bisa menyayangi, mampu
tidak berperilaku kasar, berarti kita sudah memperoleh bagian dari nama Allah
"Ar-Rahman".
Pada suatu
waktu, Rasulullah ﷺ sedang duduk bersama
para sahabatnya, tiba-tiba datang seorang pemuda dan berkata, "Wahai
Rasul, izinkanlah aku untuk berzina." Para sahabat saat itu berteriak,
tetapi Rasulullah ﷺ yang telah
mendapatkan bagian terbesar dari Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) terlihat ketika
seorang pemuda meminta izin untuk berzina. Rasulullah ﷺ
berkata, "Bawa dia kemari!" Lalu pemuda itu mendekat. Kemudian
Rasulullah ﷺ bertanya, "Apakah engkau yang meminta
izin untuk berzina?" Pemuda itu menjawab, "Benar, wahai
Rasulullah." Lalu Rasulullah ﷺ
berkata, "Wahai fulan, apakah engkau mau jika ibumu dizinahi oleh
seseorang, atau anak perempuanmu, atau saudara perempuanmu?" Pemuda itu
menjawab, "Pasti aku tidak mau, wahai Rasul!" Kemudian Rasulullah ﷺ berkata, "Wahai fulan, demikian juga
orang lain tidak mau ibunya, anak perempuannya, atau saudara perempuannya
dizinahi."
Kemudian
Rasulullah ﷺ mendoakan pemuda tersebut sambil
meletakkan tangannya di dada pemuda itu, "اللَّهُمَّ
طَهِّرْ قَلْبَهُ وَاغْفِرْ ذَنْبَهُ وَحَصِّنْ فَرْجَهُ" artinya
"Ya Allah, sucikanlah hatinya, ampunilah dosanya, dan lindungilah
kemaluannya." Akhirnya pemuda itu berkata, "Tidak ada perbuatan yang
lebih aku benci daripada berzina." Begitulah cara Rasulullah ﷺ mendidik manusia yang suka berzina.
Mengamati hadis
Rasulullah ﷺ di atas, sebagian ulama berpendapat bahwa
hadis itu memberi isyarat bahwa zina adalah penyakit keturunan, dengan
pengertian jika seseorang melakukan zina, maka nantinya ada anak atau cucunya
yang melakukan zina. Itulah hukuman di dunia bagi orang yang melakukan zina.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa jika kita sudah memahami
kandungan dari nama "Ar-Rahman," kemudian kita praktikkan perilaku
Ar-Rahman tersebut dalam kehidupan sehari-hari, seperti orang-orang yang fasik
dan ahli maksiat dapat dihadapi dengan mengikuti cara yang diajarkan oleh
Rasulullah ﷺ. Apabila sudah demikian, maka kita telah
mendapatkan bagian dari nama Ar-Rahman atau menjadi "Abdur Rahman,"
hamba Allah yang penuh kasih sayang. Dan Allah lebih mengetahui kebenarannya.
Komentar
Posting Komentar