35. AL-GHAFUR
1. Definisi dan Makna "Al-Ghafur"
- Pengertian "Al-Ghafur" secara bahasa dan istilah:
Secara
bahasa, "Al-Ghafur" berasal dari akar kata Arab "ghafara"
yang berarti "mengampuni" atau "menutupi." Dalam istilah,
"Al-Ghafur" adalah salah satu dari Asmaul Husna yang berarti Allah
Maha Pengampun. Ini menunjukkan bahwa Allah memiliki kemampuan yang tak
terbatas untuk mengampuni dosa-dosa hamba-Nya, meskipun mereka telah melakukan
kesalahan berulang kali.
- Makna "Al-Ghafur" dalam konteks sifat Allah SWT
yang Maha Pengampun:
"Al-Ghafur" mencerminkan kasih sayang dan rahmat Allah yang luar biasa, di mana Dia selalu siap mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang bertaubat dengan tulus. Allah tidak hanya mengampuni dosa-dosa kecil, tetapi juga dosa-dosa besar, asalkan hamba-Nya benar-benar menyesal dan bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, pemahaman tentang "Al-Ghafur" mengajarkan umat Islam untuk selalu memohon ampunan kepada Allah dan menjaga hati agar tetap bersih dari dosa. Ini juga mendorong manusia untuk memaafkan kesalahan orang lain, meneladani sifat Allah yang Maha Pengampun.
2. Al-Ghafur dalam Al-Quran dan Hadis
A. Ayat-Ayat yang Menyebutkan Al-Ghafur
- 1. Surah Al-Baqarah (2:273)
"Sedekah
itu hanyalah untuk orang-orang fakir miskin, amil yang mengurusnya, orang-orang
yang membayar zakat, orang-orang yang sedang dalam perjalanan, orang-orang yang
berhutang, dan untuk jalan Allah dan untuk orang-orang yang memerlukan, dan
orang-orang yang memerlukan pertolongan dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Pengampun."
Konteks: Ayat ini
menekankan bahwa sedekah dan zakat dapat diberikan kepada berbagai golongan,
termasuk orang yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang sedang dalam
kesulitan. Sebutan "Maha Pengampun" di sini menunjukkan bahwa Allah
senantiasa memaafkan dosa-dosa hamba-Nya yang bersedekah dengan niat yang tulus
dan dalam rangka mendapatkan ridha-Nya.
- 2. Surah An-Nisa (4:110)
"Siapa
yang melakukan kejahatan atau menganiaya dirinya sendiri, kemudian ia memohon
ampun kepada Allah, maka ia akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."
Konteks: Ayat ini
menjelaskan bahwa Allah tidak hanya Maha Pengampun tetapi juga Maha Penyayang.
Meski seseorang melakukan dosa atau kesalahan, selama ia bertaubat dan memohon
ampunan kepada Allah, Allah akan menerima taubatnya dan mengampuni
kesalahannya.
- 3. Surah Az-Zumar (39:53)
"Katakanlah:
Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
segala dosa. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."
Konteks: Ayat ini
memberikan dorongan bagi mereka yang merasa terpuruk akibat dosa-dosa mereka
untuk tidak putus asa dari rahmat Allah. Allah menyatakan bahwa Dia mengampuni
segala dosa, menegaskan sifat "Al-Ghafur" yang menyeluruh dan tanpa
batas.
B. Hadis-Hadis yang Berkaitan dengan
Pengampunan
- 1. Hadis Riwayat Abu Hurairah
"Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah
lebih bersemangat untuk mengampuni daripada seorang ibu yang mencintai
anaknya?"
(HR. Muslim)
Penjelasan: Hadis ini
menunjukkan betapa besarnya rahmat dan pengampunan Allah dibandingkan dengan
kasih sayang manusia. Perbandingan ini bertujuan untuk menunjukkan kepada umat
Islam bahwa Allah jauh lebih bersemangat dalam memberikan ampunan daripada
kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya.
- 2. Hadis Riwayat Abu Hurairah
"Sesungguhnya
Allah berkata: 'Wahai hamba-Ku, jika kamu datang kepada-Ku dengan sepenuh bumi
dosa dan kamu menemui-Ku tanpa menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, Aku akan
datang kepadamu dengan sepenuh bumi ampunan.'"
(HR. Muslim)
Penjelasan: Hadis ini
menegaskan bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni oleh Allah,
asalkan seseorang datang kepada-Nya dengan keikhlasan dan tanpa
menyekutukan-Nya. Ini menunjukkan sifat "Al-Ghafur" yang tidak
terbatas dan membuka pintu taubat bagi seluruh umat manusia.
- 3. Hadis Riwayat Abu Bakar
"Tinggalkan
apa yang tidak penting bagimu, dan jaga agar dirimu tidak terjerumus dalam
dosa. Jangan putus asa dari rahmat Allah, karena Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (HR. Ahmad)
Penjelasan: Hadis ini
mengajarkan umat Islam untuk tidak merasa putus asa meski menghadapi dosa dan
kesalahan. Allah senantiasa siap untuk mengampuni hamba-Nya yang kembali
kepada-Nya dengan penuh penyesalan dan taubat.
Pembahasan ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis ini memperjelas
bagaimana sifat "Al-Ghafur" diterapkan dalam ajaran Islam,
menunjukkan betapa besar dan luasnya pengampunan Allah, serta bagaimana manusia
dianjurkan untuk selalu memohon ampunan-Nya dengan penuh keyakinan dan tawakal.
3. Manifestasi Sifat Al-Ghafur dalam Kehidupan
A. Membangun Sikap Pemaaf dalam Diri
- 1. Pengertian dan Pentingnya Sikap Pemaaf
Sifat
"Al-Ghafur" atau Maha Pengampun mengajarkan manusia untuk memaafkan
kesalahan orang lain sebagai cerminan dari sifat Allah. Sikap pemaaf bukan
hanya tentang mengampuni kesalahan orang lain, tetapi juga tentang menghindari
dendam dan kebencian yang dapat merusak hubungan interpersonal dan kesehatan
emosional.
- 2. Penerapan dalam Kehidupan Sehari-Hari
- a. Memaafkan Kesalahan Kecil dan Besar: Menerima dan mempraktikkan sikap pemaaf dalam berbagai
situasi, baik dalam kasus-kasus kecil seperti kesalahan sehari-hari
maupun dalam situasi yang lebih serius, seperti konflik mendalam.
- b. Mengatasi Konflik dengan Kearifan: Menggunakan prinsip pengampunan untuk menyelesaikan konflik
dengan cara yang damai dan konstruktif, yang membantu membangun hubungan
yang harmonis dan saling memahami.
- c. Mencontohkan Sikap Pemaaf kepada Orang Lain: Dengan menunjukkan sikap pemaaf kepada orang lain, kita
bisa menciptakan lingkungan yang lebih positif dan mendukung, baik dalam
keluarga, teman, maupun dalam komunitas yang lebih luas.
- 3. Dampak Sikap Pemaaf Terhadap Hubungan Interpersonal
- a. Meningkatkan Kualitas Hubungan: Dengan mempraktikkan sikap pemaaf, hubungan menjadi lebih
kuat dan saling menghargai, serta mengurangi potensi konflik dan perselisihan.
- b. Membangun Kepercayaan dan Respek: Sikap pemaaf memperkuat kepercayaan dan respek di antara
individu, karena orang merasa lebih dihargai dan diterima tanpa takut
dihakimi atau disalahkan terus-menerus.
B. Pentingnya Memaafkan Diri Sendiri dan Orang
Lain
- 1. Meneladani Sifat Allah yang Maha Pengampun
- a. Mengampuni Diri Sendiri: Meneladani sifat "Al-Ghafur" dalam mengatasi
perasaan bersalah atau penyesalan yang mungkin kita rasakan terhadap
kesalahan yang telah lalu. Memahami bahwa Allah Maha Pengampun membantu
kita untuk lebih mudah memaafkan diri sendiri, menerima kekurangan, dan
berusaha memperbaiki diri.
- b. Memaafkan Orang Lain:
Menerapkan prinsip pengampunan dalam interaksi sosial, dengan mengakui
bahwa semua orang memiliki kelemahan dan kesalahan, serta berusaha untuk
memaafkan dan melupakan ketidaknyamanan yang mungkin timbul akibat
kesalahan orang lain.
- 2. Dampak Terhadap Kesejahteraan Mental dan Spiritual
- a. Kesejahteraan Mental:
Memaafkan diri sendiri dan orang lain membantu mengurangi beban
emosional, stres, dan kecemasan. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan
mental dan membantu seseorang merasa lebih damai dan bahagia.
- b. Kesejahteraan Spiritual: Mempraktikkan pengampunan mendekatkan diri kepada Allah dan
meningkatkan kualitas hubungan spiritual dengan-Nya. Ini juga memperkuat
iman dan ketakwaan, karena memahami bahwa Allah selalu siap mengampuni
dosa-dosa hamba-Nya mendorong kita untuk memperbaiki diri dan terus
berusaha menjadi lebih baik.
- 3. Mengembangkan Keterampilan Pengampunan
- a. Latihan Empati dan Pengertian: Mengembangkan empati untuk memahami perspektif orang lain
dan bagaimana kesalahan mereka mungkin terjadi. Ini membantu dalam proses
pengampunan dan meningkatkan hubungan interpersonal.
- b. Berdoa dan Memohon Pertolongan Allah: Menggunakan doa dan permohonan kepada Allah untuk
mendapatkan kekuatan dalam memaafkan dan membebaskan diri dari rasa sakit
dan dendam.
Pemahaman dan pengamalan sifat "Al-Ghafur" dapat
membantu seseorang menjadi pribadi yang lebih pemaaf dan mengembangkan hubungan
yang lebih harmonis dengan orang lain, sambil mendukung kesehatan mental dan
spiritual yang lebih baik.
4. Teladan Nabi Muhammad SAW dalam
Mengagungkan Nama Allah
A. Praktik Mengagungkan Nama Allah dalam
Kehidupan Nabi Muhammad SAW
- 1. Pengagungan Nama Allah dalam Doa dan Ibadah
- a. Konsistensi dalam Doa:
Nabi Muhammad SAW selalu memulai doa dan aktivitas ibadahnya dengan
menyebut nama Allah. Dalam berbagai hadis, beliau sering mengajarkan umat
untuk memulai setiap aktivitas dengan bismillah ("Dengan nama
Allah") sebagai bentuk pengagungan dan permohonan berkah.
- b. Praktik Mengingat Allah (Dhikr): Nabi Muhammad SAW mengajarkan pentingnya dzikir (mengingat
Allah) dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keadaan tenang maupun
sulit. Misalnya, beliau seringkali mengingat Allah dengan kalimat-kalimat
pujian dan permohonan ampun, seperti "Subhanallah,"
"Alhamdulillah," dan "Allahu Akbar."
- 2. Kisah-Kisah Keteladanan dalam Mengagungkan Nama Allah
- a. Kesabaran dalam Menghadapi Ujian: Ketika menghadapi berbagai ujian dan tantangan, termasuk
penolakan dan penghinaan dari kaum Quraisy, Nabi Muhammad SAW tetap
bersabar dan terus berdoa kepada Allah. Kisah ketika beliau berdakwah di
Ta'if dan menghadapi perlakuan buruk tanpa membalasnya dengan kebencian
adalah contoh nyata dari pengagungan nama Allah melalui kesabaran.
- b. Pengampunan Terhadap Musuh: Salah satu contoh teladan Nabi Muhammad SAW dalam
mengagungkan nama Allah adalah ketika beliau memaafkan penduduk Mekah
setelah penaklukan kota tersebut, meskipun mereka sebelumnya telah
menzalimi beliau dan para pengikutnya. Pengampunan ini mencerminkan sifat
"Al-Ghafur" yang diajarkan oleh Allah dan diteladani oleh Nabi.
- 3. Teladan dalam Hubungan Sosial
- a. Menunjukkan Kebaikan dan Kasih Sayang: Nabi Muhammad SAW selalu menunjukkan kebaikan dan kasih
sayang kepada orang-orang di sekelilingnya, termasuk kepada keluarga,
sahabat, dan bahkan kepada mereka yang kurang baik terhadapnya. Ini
adalah bentuk nyata dari mengagungkan nama Allah, yaitu dengan meneladani
sifat-sifat-Nya yang mulia dalam interaksi sosial.
B. Penerapan Pengagungan Nama Allah dalam
Dakwah dan Pendidikan
- 1. Mengajarkan Pentingnya Nama Allah dalam Dakwah
- a. Pendidikan Aqidah: Nabi
Muhammad SAW mengajarkan umatnya tentang pentingnya memahami dan
menghayati nama-nama Allah melalui khutbah, ceramah, dan pembelajaran
langsung. Pendidikan aqidah ini mencakup penjelasan tentang sifat-sifat
Allah dan bagaimana nama-nama-Nya harus dihayati dalam kehidupan
sehari-hari.
- b. Penerapan dalam Dakwah:
Dalam dakwahnya, Nabi Muhammad SAW sering menggunakan nama-nama Allah
sebagai dasar argumen dan motivasi. Beliau menjelaskan bagaimana memahami
dan mengagungkan nama Allah dapat memperkuat iman dan memberikan arahan
moral kepada umat.
- 2. Implikasi Terhadap Pembentukan Karakter
- a. Pembentukan Karakter yang Taat dan Berakhlak Mulia: Dengan mengajarkan pentingnya pengagungan nama Allah, Nabi
Muhammad SAW membentuk karakter umat Islam menjadi lebih taat, sabar, dan
berakhlak mulia. Sifat-sifat ini tercermin dalam berbagai aspek
kehidupan, dari cara berinteraksi dengan orang lain hingga cara
menghadapi kesulitan.
- b. Mendorong Ketaatan dan Kesadaran Spiritual: Pengagungan nama Allah juga mendorong umat untuk selalu
ingat dan berserah diri kepada-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Ini
mengajarkan umat untuk selalu bersyukur, tawakal, dan menjaga hubungan
yang kuat dengan Allah.
- 3. Implementasi dalam Pendidikan Islam
- a. Kurikulum Pendidikan:
Integrasi pengajaran tentang nama-nama Allah dalam kurikulum pendidikan
Islam, termasuk di sekolah-sekolah dan madrasah, untuk memastikan bahwa
generasi muda memahami dan menghayati sifat-sifat Allah dalam kehidupan
mereka.
- b. Pembinaan Karakter melalui Teladan: Menggunakan teladan Nabi Muhammad SAW sebagai model dalam
pembinaan karakter di institusi pendidikan Islam, untuk mengajarkan
nilai-nilai seperti kesabaran, pengampunan, dan kasih sayang, yang
semuanya merupakan manifestasi dari sifat-sifat Allah.
Melalui praktik dan teladan Nabi Muhammad SAW dalam mengagungkan
nama Allah, umat Islam dapat memahami bagaimana nama-nama Allah berperan
penting dalam kehidupan sehari-hari, serta bagaimana penerapan ajaran ini dapat
membentuk karakter yang baik dan memperkuat iman.
5. Implikasi Sifat Al-Ghafur dalam Pendidikan
Islam
A. Pendidikan Karakter Berbasis Pengampunan
- 1. Konsep Pendidikan Karakter dalam Islam
Pendidikan karakter dalam Islam berfokus pada pembentukan akhlak dan nilai-nilai mulia sesuai dengan ajaran Al-Quran dan Sunnah. Salah satu aspek penting dari pendidikan karakter adalah mengajarkan dan mempraktikkan sikap pemaaf, sebagai cerminan dari sifat Allah "Al-Ghafur" yang Maha Pengampun. - 2. Pendekatan Pendidikan yang Menekankan Sikap Pemaaf
- a. Pengajaran tentang Pengampunan: Mengintegrasikan konsep pengampunan dalam kurikulum
pendidikan Islam dengan menjelaskan pentingnya memaafkan kesalahan orang
lain dan bagaimana hal ini merupakan bagian dari ajaran Islam. Materi
pelajaran dapat mencakup ayat-ayat Al-Quran dan hadis yang menekankan
sifat pengampunan Allah dan teladan Nabi Muhammad SAW.
- b. Latihan Praktis:
Menggunakan metode latihan dan kegiatan yang memungkinkan siswa untuk
mempraktikkan sikap pemaaf. Misalnya, dalam situasi konflik atau
perselisihan di sekolah, guru dapat mengajarkan dan memotivasi siswa
untuk menyelesaikan masalah dengan cara memaafkan dan berdialog.
- c. Contoh Teladan:
Menyediakan contoh nyata dari kehidupan Nabi Muhammad SAW dan tokoh-tokoh
Islam lainnya yang menunjukkan sikap pemaaf dalam berbagai situasi.
Melalui cerita dan kisah-kisah inspiratif, siswa dapat belajar dan
termotivasi untuk mengadopsi sikap yang sama.
- 3. Integrasi dalam Pendidikan Formal dan Non-Formal
- a. Kurikulum Pendidikan Islam: Memasukkan nilai-nilai pengampunan dalam kurikulum
pendidikan Islam di sekolah-sekolah dan madrasah, dengan tujuan membentuk
karakter siswa yang lebih baik. Misalnya, materi tentang etika dan akhlak
yang memuat ajaran tentang pentingnya memaafkan dan dampaknya terhadap
hubungan sosial.
- b. Program Kegiatan Ekstrakurikuler: Mengadakan program ekstrakurikuler yang berfokus pada
pembelajaran nilai-nilai pengampunan, seperti seminar, workshop, dan
diskusi kelompok yang membahas pengalaman nyata dan strategi untuk
mempraktikkan pengampunan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Pembentukan Karakter yang Lembut dan Pemaaf
- 1. Pengembangan Karakter Lembut
- a. Pendidikan Emosional:
Mengajarkan siswa tentang pentingnya pengendalian emosi dan bagaimana
mempraktikkan kelembutan dalam interaksi sosial. Latihan ini mencakup
teknik-teknik untuk mengatasi kemarahan dan konflik dengan cara yang
tenang dan penuh kasih.
- b. Pembelajaran Melalui Teladan: Menggunakan teladan dari Nabi Muhammad SAW dan
sahabat-sahabatnya yang menunjukkan kelembutan dan kesabaran sebagai
bagian dari karakter mereka. Kisah-kisah ini dapat dijadikan bahan ajar
untuk memotivasi siswa dalam mengembangkan sikap yang sama.
- 2. Menerapkan Sifat "Al-Ghafur" dalam Pembentukan
Karakter
- a. Pengampunan Sebagai Karakter Positif: Mengajarkan bahwa sifat pengampunan bukan hanya tentang
memaafkan kesalahan orang lain, tetapi juga tentang membangun karakter
yang penuh kasih, empati, dan toleransi. Melalui pengajaran ini, siswa
diharapkan dapat mengembangkan karakter yang lebih lembut dan tidak mudah
tersinggung.
- b. Teknik Pembelajaran Aktif: Menggunakan teknik pembelajaran aktif seperti role-playing,
simulasi konflik, dan diskusi kelompok untuk membantu siswa memahami dan
mempraktikkan pengampunan dalam situasi nyata. Latihan ini juga mencakup
cara-cara mengatasi perasaan sakit hati dan membangun kembali hubungan
yang rusak.
- c. Penekanan pada Kasih Sayang dan Kebaikan: Mendorong siswa untuk menampilkan sikap kasih sayang dan
kebaikan dalam tindakan sehari-hari mereka, baik dalam hubungan pribadi
maupun dalam interaksi dengan orang lain. Ini termasuk belajar untuk
melihat dari perspektif orang lain dan memberi kesempatan kedua.
- 3. Dampak terhadap Kesejahteraan Pribadi dan Sosial
- a. Kesejahteraan Pribadi:
Dengan membangun karakter yang lembut dan pemaaf, siswa dapat mengalami
peningkatan kesejahteraan emosional dan mental. Mereka belajar untuk
mengatasi stres dan konflik dengan lebih efektif dan merasa lebih damai
dalam hubungan mereka.
- b. Kesejahteraan Sosial:
Karakter yang pemaaf dan lembut juga berkontribusi pada pembentukan
lingkungan sosial yang lebih harmonis dan positif. Hubungan yang lebih
baik di antara siswa dan masyarakat dapat mengurangi konflik dan
meningkatkan kerjasama serta solidaritas.
Melalui pendekatan pendidikan yang menekankan pengampunan dan
kelembutan, sifat "Al-Ghafur" dapat membantu membentuk karakter yang
mulia pada siswa, menjadikan mereka pribadi yang lebih baik, dan menciptakan
lingkungan yang lebih damai dan harmonis.
6. Kesimpulan
A. Relevansi Sifat Al-Ghafur dalam Kehidupan
Modern
- 1. Penerapan dalam Menyelesaikan Konflik
Sifat
"Al-Ghafur," yang berarti Maha Pengampun, memiliki relevansi yang
besar dalam menghadapi konflik dan perselisihan di zaman modern. Dalam konteks
masyarakat yang sering mengalami ketegangan dan konflik, mengadopsi sikap
pemaaf dapat menjadi solusi efektif untuk menyelesaikan masalah dan memperbaiki
hubungan. Sikap pengampunan memungkinkan individu untuk mengatasi perbedaan dan
kesalahan dengan cara yang konstruktif, mengurangi ketegangan, dan membangun
kembali hubungan yang rusak.
- 2. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial
Menerapkan
sifat "Al-Ghafur" dalam kehidupan sehari-hari dapat berkontribusi
pada kesejahteraan sosial yang lebih baik. Dengan mempraktikkan pengampunan,
individu dapat menciptakan lingkungan sosial yang lebih harmonis, mengurangi
konflik interpersonal, dan meningkatkan rasa saling pengertian dan empati.
Dalam konteks profesional dan pribadi, sikap pemaaf dapat memperkuat hubungan,
meningkatkan kerjasama, dan menciptakan suasana yang lebih positif dan
mendukung di tempat kerja dan dalam komunitas.
- 3. Kesejahteraan Pribadi
Secara
pribadi, menghayati sifat "Al-Ghafur" dapat membantu individu untuk
merasa lebih damai dan bahagia. Kemampuan untuk memaafkan diri sendiri dan
orang lain mengurangi beban emosional dan mental, meningkatkan kesehatan
mental, dan membawa kedamaian batin. Ini mendukung pengembangan karakter yang
lebih baik dan mengurangi dampak negatif dari rasa dendam atau kemarahan yang
berkepanjangan.
B. Penutup
- 1. Ringkasan Pembahasan
Sifat
"Al-Ghafur" sebagai nama Allah yang Maha Pengampun mengajarkan kita
pentingnya sikap pemaaf dalam berbagai aspek kehidupan. Pembahasan ini telah
menunjukkan bagaimana sifat ini tercermin dalam ajaran Al-Quran dan hadis,
serta bagaimana pengampunan dapat diterapkan dalam pendidikan Islam untuk
membentuk karakter yang lembut dan pemaaf. Sifat "Al-Ghafur" juga
memberikan teladan berharga melalui kehidupan Nabi Muhammad SAW, yang
menunjukkan bagaimana pengampunan dapat diterapkan dalam interaksi sosial dan
dakwah.
- 2. Dorongan untuk Menginternalisasi Sifat
"Al-Ghafur"
Menginternalisasi
sifat "Al-Ghafur" dalam kehidupan pribadi dan sosial adalah langkah
penting untuk membangun karakter yang lebih baik dan menciptakan lingkungan
yang lebih harmonis. Dorongan untuk mempraktikkan pengampunan dalam kehidupan
sehari-hari akan membantu individu dan komunitas untuk mengatasi konflik dengan
cara yang lebih damai, memperkuat hubungan, dan meningkatkan kesejahteraan
secara keseluruhan. Melalui penghayatan dan penerapan sifat
"Al-Ghafur," kita dapat membawa perubahan positif dalam diri kita
sendiri dan dalam masyarakat, serta lebih mendekatkan diri kepada nilai-nilai
Islam yang mulia.
Komentar
Posting Komentar