80. AT-TAWWAB
1. Definisi dan Makna "At-Tawwab"
A. Pengertian "At-Tawwab" Secara Bahasa dan
Istilah
1. Pengertian
Bahasa:
o
Dalam bahasa Arab, kata "At-Tawwab"
berasal dari akar kata "tawwaba," yang berarti "kembali"
atau "berulang-ulang." Secara literal, "At-Tawwab" dapat
diartikan sebagai "yang sering menerima taubat" atau "yang
sangat banyak menerima taubat."
2. Pengertian
Istilah:
o
Dalam konteks istilah Islami,
"At-Tawwab" adalah salah satu nama atau Asmaul Husna yang
menggambarkan salah satu sifat Allah SWT. Sebagai nama Allah,
"At-Tawwab" merujuk pada sifat Allah yang Maha Penerima Taubat. Ini
menunjukkan bahwa Allah memiliki kemampuan dan sifat untuk menerima taubat
hamba-Nya dengan penuh keleluasaan dan kemurahan hati.
B. Makna "At-Tawwab" dalam Konteks Sifat Allah
1. Makna
Sifat "At-Tawwab":
o
"At-Tawwab" menekankan aspek
pengampunan dan penerimaan Allah terhadap taubat yang dilakukan oleh hamba-Nya.
Ini mencerminkan sifat Allah yang sangat dermawan dan penuh kasih, yang
memberikan kesempatan bagi setiap individu untuk memperbaiki diri dan kembali
kepada-Nya setelah melakukan kesalahan atau dosa.
2. Kemampuan
Allah dalam Menerima Taubat:
o
Sifat "At-Tawwab" menunjukkan bahwa
Allah SWT selalu siap menerima taubat dari hamba-Nya, tidak peduli seberapa
besar dosa yang telah dilakukan. Ini adalah bentuk rahmat dan kasih sayang
Allah yang tiada tara, yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk
memperbaiki diri dan mendapatkan ampunan-Nya.
3. Penerimaan
Taubat yang Tulus:
o
Untuk mendapatkan ampunan Allah, taubat harus
dilakukan dengan tulus dan ikhlas. Ini termasuk penyesalan yang mendalam atas
kesalahan yang telah dilakukan, berhenti dari perbuatan dosa, dan bertekad
untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut di masa depan. Allah, sebagai
"At-Tawwab," selalu menerima taubat yang dilakukan dengan niat yang
benar dan hati yang bersih.
4. Implikasi
dalam Kehidupan Sehari-Hari:
o
Pemahaman tentang sifat "At-Tawwab"
dapat menginspirasi individu untuk lebih mudah memaafkan diri sendiri dan orang
lain, serta memberikan dorongan untuk selalu berusaha memperbaiki diri. Dengan
mengetahui bahwa Allah SWT selalu siap menerima taubat, seseorang dapat merasa
lebih terdorong untuk bertaubat dan memperbaiki diri, serta menjalani kehidupan
dengan penuh harapan dan motivasi untuk mencapai kebajikan.
2. At-Tawwab dalam Al-Quran dan Hadis
A. Ayat-Ayat yang Menyebutkan At-Tawwab
1. Ayat-ayat
Al-Quran tentang Sifat "At-Tawwab":
o
Surah Al-Baqarah (2:37):
§
"Kemudian Adam menerima beberapa kalimat
dari Tuhannya, lalu Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."
§
Konteks dan Penafsiran: Ayat ini menunjukkan bahwa
Allah SWT menerima taubat Adam dan mengampuni kesalahan yang dilakukan. Ini
menggambarkan sifat "At-Tawwab" Allah yang selalu siap menerima
taubat dari hamba-Nya.
o
Surah Al-Tawbah (9:104):
§
"Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah
menerima taubat hamba-hamba-Nya dan menerima sedekah-sedekah dan bahwa
Allah-lah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."
§
Konteks dan Penafsiran: Ayat ini menekankan bahwa Allah
menerima taubat dan amal baik dari hamba-Nya. Ini menunjukkan bahwa sifat
"At-Tawwab" adalah bagian integral dari rahmat Allah, yang memberikan
kesempatan kepada hamba-Nya untuk bertaubat dan memperbaiki diri.
o
Surah Al-Furqan (25:70):
§
"Kecuali orang-orang yang bertobat,
beriman dan mengerjakan amal shalih. Mereka itu Allah akan mengganti keburukan
mereka dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."
§
Konteks dan Penafsiran: Ayat ini menyebutkan bahwa
Allah mengganti keburukan dengan kebaikan bagi mereka yang bertaubat dan
melakukan amal shalih. Ini mencerminkan sifat "At-Tawwab" yang
menunjukkan kemurahan dan pengampunan Allah.
2. Contoh
Ayat yang Menggambarkan Sifat Allah sebagai Maha Penerima Taubat:
o
Surah Az-Zumar (39:53):
§
"Katakanlah: 'Wahai hamba-hamba-Ku yang
telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'"
§
Konteks dan Penafsiran: Ayat ini menegaskan bahwa Allah
tidak pernah menolak taubat hamba-Nya dan selalu siap mengampuni dosa, tidak
peduli seberapa besar dosa yang telah dilakukan.
B. Hadis-Hadis tentang Taubat dan Pengampunan
1. Hadis-Hadis
yang Mengungkapkan Pentingnya Taubat:
o
Hadis dari Abu Hurairah:
§
"Allah lebih senang terhadap taubat
hamba-Nya daripada seseorang yang kehilangan unta yang berisi makanan dan
minuman dalam keadaan kehausan di padang pasir, lalu tiba-tiba menemukan unta tersebut
kembali." (HR. Bukhari dan Muslim)
§
Penjelasan: Hadis ini menggambarkan betapa besar
kegembiraan Allah ketika seorang hamba bertaubat dengan tulus. Perumpamaan ini
menunjukkan betapa pentingnya taubat dalam pandangan Allah.
o
Hadis dari Anas bin Malik:
§
"Sesungguhnya Allah menerima taubat
seorang hamba selama nyawanya belum sampai di tenggorokan." (HR. Tirmidzi)
§
Penjelasan: Hadis ini menunjukkan bahwa Allah selalu
siap menerima taubat hamba-Nya selama masih ada kesempatan, yakni sebelum ajal
tiba.
2. Kisah-Kisah
dari Hadis tentang Kemudahan Allah dalam Menerima Taubat:
o
Kisah tentang Seorang Pembunuh Seratus Orang:
§
"Diriwayatkan bahwa ada seorang pembunuh
yang telah membunuh seratus orang, kemudian dia bertanya kepada seorang ahli
ibadah tentang bagaimana dia bisa bertaubat. Ahli ibadah itu menyuruhnya untuk
berpindah ke tempat lain, dan di tempat barunya, dia akhirnya bertaubat dan
Allah menerima taubatnya." (HR. Muslim)
§
Penjelasan: Kisah ini menunjukkan bahwa tidak ada dosa
yang terlalu besar untuk diampuni, dan Allah SWT menerima taubat hamba-Nya yang
sungguh-sungguh berusaha memperbaiki diri.
o
Kisah tentang Pelacur dan Anjing:
§
"Diriwayatkan bahwa seorang pelacur yang
memberi minum kepada seekor anjing yang kehausan mendapat ampunan dari Allah
SWT karena amalnya tersebut." (HR. Bukhari)
§
Penjelasan: Kisah ini menunjukkan bahwa Allah sangat
memperhatikan setiap amal baik, dan bahkan tindakan kecil yang dilakukan dengan
niat yang tulus bisa mendapatkan ampunan dari-Nya.
Dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis
ini, kita dapat memahami betapa besar sifat "At-Tawwab" Allah dan
bagaimana ini seharusnya memotivasi kita untuk selalu bertaubat dan memperbaiki
diri dalam kehidupan sehari-hari.
3. Manifestasi Sifat At-Tawwab dalam Kehidupan
A. Proses Taubat dan Pengampunan
1. Bagaimana
Sifat "At-Tawwab" Mengajarkan Pentingnya Taubat yang Tulus dan Proses
Pengampunan:
o
Konsep Taubat dalam Islam:
§
Taubat adalah kembali kepada Allah SWT dengan
penyesalan yang mendalam atas dosa yang telah dilakukan, disertai tekad yang
kuat untuk tidak mengulanginya. Ini adalah bentuk pengakuan atas kesalahan dan
permohonan ampunan dari Allah.
o
Langkah-Langkah Taubat:
§
Penyesalan: Menyadari dan merasa menyesal atas dosa
yang telah dilakukan. Penyesalan harus datang dari hati yang tulus.
§
Berhenti dari Perbuatan Dosa: Menghentikan segera perbuatan
yang salah atau dosa.
§
Tekad untuk Tidak Mengulangi: Berkomitmen untuk tidak
mengulangi dosa di masa depan dan memperbaiki diri.
§
Memohon Ampunan: Berdoa dan memohon ampunan kepada Allah
dengan penuh kerendahan hati.
§
Perbaikan Diri: Melakukan amal shalih dan tindakan positif
sebagai bentuk perbaikan diri setelah bertaubat.
o
Bagaimana Seseorang Bisa Kembali kepada Allah
dengan Hati yang Bersih:
§
Kembali dengan Ketulusan: Taubat harus dilakukan dengan
niat yang murni dan tulus, mengakui kesalahan secara jujur dan berusaha
memperbaiki diri.
§
Meningkatkan Ibadah: Menambah ibadah dan amal baik
sebagai bentuk usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah.
§
Memperbaiki Hubungan Sosial: Mengembalikan hak-hak orang
lain yang mungkin telah dilanggar atau merugikan, dan memperbaiki hubungan
dengan sesama.
2. Langkah-Langkah
Taubat dalam Islam:
o
Isti'adhah (Permohonan Perlindungan): Memohon perlindungan kepada
Allah dari kesalahan yang sama di masa depan.
o
Istighfar (Memohon Ampunan): Mengucapkan istighfar secara
rutin sebagai bentuk pengakuan atas dosa.
o
Taubat Nasuha (Taubat yang Sungguh-Sungguh): Taubat yang benar-benar
dilakukan dengan kesungguhan hati, meliputi penyesalan mendalam, niat yang kuat,
dan perbaikan tindakan.
B. Penerapan Taubat dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. Contoh-Contoh
Penerapan Konsep Taubat:
o
Dalam Hubungan Pribadi:
§
Meminta Maaf: Ketika melakukan kesalahan terhadap
seseorang, meminta maaf dengan tulus dan berusaha memperbaiki hubungan.
§
Mengubah Perilaku Negatif: Menghentikan perilaku buruk
yang mungkin telah menyinggung atau merugikan orang lain, dan menggantinya
dengan perilaku positif.
o
Dalam Hubungan Sosial:
§
Memperbaiki Kesalahan Sosial: Jika terlibat dalam konflik
atau kesalahan dalam komunitas atau masyarakat, berusaha menyelesaikan masalah
dan melakukan langkah-langkah untuk memperbaiki keadaan.
§
Berbuat Baik: Meningkatkan amal sosial dan kegiatan
kebaikan sebagai bentuk penebusan dan usaha memperbaiki kesalahan masa lalu.
2. Pengaruh
dari Penerapan Taubat Terhadap Perbaikan Diri dan Hubungan Sosial:
o
Perbaikan Diri:
§
Kesejahteraan Mental: Taubat yang tulus dapat membawa
kedamaian batin dan mengurangi rasa bersalah serta stres yang berkaitan dengan
dosa.
§
Peningkatan Karakter: Melakukan taubat dengan benar
dapat membantu seseorang mengembangkan karakter yang lebih baik, seperti
kesabaran, kejujuran, dan ketulusan.
o
Hubungan Sosial:
§
Perbaikan Hubungan: Meminta maaf dan memperbaiki
kesalahan dapat memperbaiki hubungan dengan orang lain, membangun kembali
kepercayaan, dan mempererat ikatan sosial.
§
Lingkungan Sosial yang Positif: Individu yang menerapkan konsep
taubat cenderung membangun lingkungan sosial yang lebih positif dan mendukung,
mempromosikan suasana saling memaafkan dan memahami.
Dengan memahami dan menerapkan sifat
"At-Tawwab" dalam kehidupan sehari-hari, seseorang dapat merasakan
manfaat dari taubat yang tulus dan pengampunan Allah dalam memperbaiki diri dan
hubungan sosial mereka.
4. Teladan Nabi Muhammad SAW dalam Mengamalkan Sifat
At-Tawwab
A. Kisah-Kisah Taubat dan Pengampunan dari Kehidupan Nabi
Muhammad SAW
1. Kisah-Kisah
Nabi Muhammad SAW yang Menunjukkan Sikap Penerimaan Taubat dan Pengampunan:
o
Kisah Ka'ab bin Malik:
§
Ka'ab bin Malik, seorang sahabat Nabi SAW,
tertinggal dalam perang Tabuk dan tidak hadir tanpa alasan yang sah. Setelah
peristiwa tersebut, ia merasa sangat menyesal dan bertaubat kepada Allah. Nabi
Muhammad SAW menerima taubat Ka'ab dan menyambutnya dengan penuh kasih,
memberikan dorongan dan dukungan.
o
Kisah Ghanim bin Abdullah:
§
Seorang sahabat yang pernah terlibat dalam
tindakan dosa besar bertaubat dan meminta maaf kepada Nabi SAW. Nabi Muhammad
SAW menerima taubatnya dan memotivasi untuk memperbaiki diri.
o
Kisah Amr bin al-As:
§
Amr bin al-As adalah seorang yang pernah
menentang Nabi Muhammad SAW sebelum masuk Islam. Setelah ia memeluk Islam, Nabi
SAW menerima taubatnya dan mengakui kontribusinya dalam Islam dengan penuh
penghargaan.
2. Contoh-Contoh
Perlakuan Nabi SAW Terhadap Orang-Orang yang Bertaubat:
o
Mengajarkan Pentingnya Taubat:
§
Nabi Muhammad SAW sering mengajarkan umatnya
tentang pentingnya taubat dan bagaimana Allah SWT selalu siap menerima taubat
hamba-Nya.
o
Menunjukkan Contoh Taubat:
§
Nabi SAW memberi contoh pribadi dalam
menerima taubat orang lain dan tidak menyimpan dendam, menunjukkan sikap penuh
pengertian dan pengampunan.
o
Memberikan Kesempatan Kedua:
§
Nabi Muhammad SAW dikenal memberikan
kesempatan kedua kepada mereka yang telah bertaubat dan berusaha memperbaiki
diri, mendorong mereka untuk terus berbuat baik.
B. Penerapan Sifat At-Tawwab dalam Dakwah dan Pendidikan
1. Bagaimana
Nabi Muhammad SAW Menggunakan Sifat "At-Tawwab" dalam Dakwahnya:
o
Mendorong Taubat dan Perbaikan Diri:
§
Nabi SAW mendorong umatnya untuk bertaubat
dengan memberikan penekanan pada rahmat dan ampunan Allah. Beliau selalu
memberikan dorongan kepada orang yang bertaubat untuk memperbaiki diri dan
melanjutkan kehidupan dengan penuh kesungguhan.
o
Menerima Taubat dengan Tulus:
§
Dalam dakwahnya, Nabi SAW mengajarkan bahwa
Allah SWT menerima taubat dengan tulus dan membuka pintu taubat bagi siapa saja
yang mau kembali kepada-Nya. Ini mendorong umat untuk tidak putus asa dan
selalu berharap pada rahmat Allah.
2. Implikasi
dari Penerapan Sifat Ini dalam Proses Pendidikan Karakter dan Interaksi Sosial:
o
Pendidikan Karakter:
§
Pengajaran Tentang Pengampunan: Menerapkan sifat
"At-Tawwab" dalam pendidikan karakter membantu dalam membentuk sikap
pengampunan, penerimaan, dan kesadaran bahwa setiap orang bisa berbuat salah
dan memerlukan kesempatan untuk memperbaiki diri.
§
Pendidikan Emosi: Mengajarkan tentang pentingnya taubat dan
pengampunan dapat membantu dalam pengembangan emosi positif dan mengurangi
perasaan negatif seperti kemarahan dan kebencian.
o
Interaksi Sosial:
§
Membangun Hubungan yang Harmonis: Dengan menerapkan sifat
pengampunan dalam interaksi sosial, hubungan antar individu menjadi lebih
harmonis dan penuh pengertian. Kesediaan untuk menerima kesalahan dan
memberikan kesempatan kedua menciptakan suasana saling mendukung.
§
Memperkuat Komunitas: Sifat pengampunan memperkuat
ikatan sosial dan menciptakan komunitas yang lebih solid dan saling mendukung,
dimana individu merasa lebih diterima dan dihargai.
Nabi Muhammad SAW merupakan teladan utama dalam
mengamalkan sifat "At-Tawwab", dan penerapan sifat ini dalam dakwah
dan pendidikan karakter Islami memberikan dampak yang mendalam dalam
pembentukan karakter individu dan pembinaan hubungan sosial.
5. Implikasi Sifat At-Tawwab dalam Pendidikan Karakter
Islami
A. Pendidikan Karakter Berbasis Taubat
1. Pendekatan
Pendidikan yang Menekankan Pentingnya Taubat dan Pengampunan dalam Pembentukan
Karakter Islami:
o
Fokus pada Taubat sebagai Nilai Inti:
§
Pendidikan karakter Islami yang berbasis pada
sifat "At-Tawwab" menekankan pentingnya taubat sebagai nilai inti
dalam membentuk karakter mulia. Ini melibatkan pengajaran tentang arti taubat,
bagaimana melaksanakannya, dan pentingnya pengampunan baik dari Allah maupun
dalam interaksi sosial.
o
Mengintegrasikan Taubat dalam Kurikulum
Pendidikan:
§
Menerapkan nilai taubat dalam kurikulum
pendidikan Islami, termasuk dalam mata pelajaran agama, etika, dan pengembangan
karakter. Ini dapat dilakukan melalui materi pelajaran, diskusi, dan aktivitas
yang memfasilitasi pemahaman mendalam tentang taubat.
o
Metode Pengajaran Taubat:
§
Ceramah dan Diskusi: Mengadakan ceramah dan diskusi
yang membahas konsep taubat dan pengampunan, serta bagaimana
mengimplementasikan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari.
§
Studi Kasus dan Role Play: Menggunakan studi kasus dan
role play untuk mensimulasikan situasi yang melibatkan taubat dan pengampunan,
serta mendiskusikan bagaimana menghadapinya dengan sikap yang benar.
§
Contoh Teladan: Menyediakan contoh teladan dari Nabi
Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya dalam menghadapi kesalahan dan bagaimana
mereka bertaubat serta mengampuni orang lain.
2. Metode
untuk Mengajarkan Nilai Taubat kepada Siswa dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku:
o
Penanaman Kesadaran Diri:
§
Mengajarkan siswa untuk mengenali kesalahan
mereka dan pentingnya mengakui serta meminta maaf. Ini termasuk refleksi diri
dan penilaian atas tindakan mereka.
o
Pembuatan Rencana Perbaikan:
§
Mendorong siswa untuk membuat rencana
perbaikan setelah taubat, termasuk menetapkan tujuan untuk perubahan positif
dan tindakan konkret untuk memperbaiki diri.
o
Dampak Terhadap Perilaku:
§
Pendidikan berbasis taubat dapat menghasilkan
perubahan positif dalam perilaku siswa, seperti peningkatan rasa tanggung
jawab, sikap empati, dan keterampilan dalam membangun hubungan yang harmonis.
B. Pembentukan Karakter yang Sadar dan Bertobat
1. Bagaimana
Sifat "At-Tawwab" Membantu dalam Pembentukan Karakter yang Sadar Akan
Kesalahan dan Siap untuk Memperbaiki Diri:
o
Kesadaran akan Kesalahan:
§
Sifat "At-Tawwab" membantu individu
untuk lebih sadar akan kesalahan mereka dan memahami bahwa pengakuan serta
perbaikan adalah bagian penting dari proses taubat. Pendidikan yang berbasis
pada sifat ini mendorong siswa untuk selalu mengevaluasi dan mengoreksi
tindakan mereka.
o
Komitmen untuk Memperbaiki Diri:
§
Mengajarkan siswa bahwa taubat bukan hanya
tentang permintaan ampun tetapi juga tentang komitmen untuk memperbaiki diri
dan melakukan perubahan nyata. Ini melibatkan menetapkan niat yang tulus untuk
menjadi lebih baik dan berusaha keras dalam mencapai tujuan tersebut.
2. Dampak
dari Penerapan Prinsip Taubat Terhadap Pengembangan Pribadi, Sosial, dan
Spiritual:
o
Pengembangan Pribadi:
§
Peningkatan Kualitas Diri: Dengan menerapkan prinsip
taubat, individu akan lebih berusaha untuk memperbaiki kelemahan dan kesalahan,
yang berujung pada pengembangan kualitas diri yang lebih baik.
§
Kemampuan Mengelola Emosi: Menerima dan memberikan
pengampunan membantu individu dalam mengelola emosi negatif seperti kemarahan,
kebencian, dan rasa bersalah.
o
Pengembangan Sosial:
§
Hubungan yang Lebih Baik: Sifat "At-Tawwab"
mengajarkan pentingnya memaafkan dan menerima kesalahan, yang berkontribusi
pada hubungan yang lebih baik dan harmonis dengan orang lain.
§
Kepemimpinan yang Positif: Individu yang memahami dan
menerapkan taubat cenderung menjadi pemimpin yang lebih empatik dan memahami,
serta mampu memotivasi orang lain untuk melakukan perubahan positif.
o
Pengembangan Spiritual:
§
Kedekatan dengan Allah: Dengan memahami dan menerapkan
sifat "At-Tawwab," individu dapat meningkatkan kedekatan mereka
dengan Allah melalui taubat yang tulus dan komitmen untuk memperbaiki diri.
§
Rasa Syukur dan Kepuasan Spiritual: Taubat dan pengampunan
meningkatkan rasa syukur dan kepuasan spiritual, membantu individu merasa lebih
tenang dan damai dalam kehidupan mereka.
Dengan menanamkan nilai-nilai "At-Tawwab" dalam
pendidikan karakter Islami, kita tidak hanya membentuk individu yang lebih baik
secara pribadi tetapi juga memperkuat hubungan sosial dan spiritual mereka,
menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan penuh kasih.
6. Kesimpulan
A. Relevansi Sifat At-Tawwab dalam Pendidikan Karakter di
Era Modern
1. Refleksi
tentang Relevansi Sifat "At-Tawwab" dalam Konteks Pendidikan Karakter
Modern:
o
Menghadapi Tantangan Kehidupan: Dalam era modern yang penuh
dengan dinamika sosial dan perubahan cepat, sifat "At-Tawwab" menjadi
sangat relevan karena mengajarkan pentingnya kemampuan untuk memaafkan,
memperbaiki diri, dan beradaptasi. Tantangan seperti konflik interpersonal,
kesalahan dalam keputusan, dan krisis pribadi dapat diatasi dengan lebih baik
melalui penerapan prinsip taubat dan pengampunan.
o
Keterampilan Emosional dan Sosial: Sifat "At-Tawwab"
membantu individu mengembangkan keterampilan emosional seperti kesadaran diri,
empati, dan pengelolaan emosi, yang sangat penting dalam konteks sosial dan
profesional saat ini. Ini mendukung pembentukan karakter yang dapat menanggapi
kesalahan dan tantangan dengan sikap positif dan konstruktif.
2. Pentingnya
Memahami dan Mengamalkan Sifat "At-Tawwab" dalam Pembentukan Individu:
o
Karakter yang Kuat dan Bijaksana: Mengamalkan sifat
"At-Tawwab" berkontribusi pada pembentukan individu yang lebih kuat
dan bijaksana. Dengan memahami konsep taubat dan pengampunan, seseorang dapat
mengatasi kesalahan dengan cara yang membangun dan memperbaiki hubungan
interpersonal secara efektif.
o
Kehidupan yang Penuh Pengertian: Prinsip taubat juga mendorong
individu untuk hidup dengan penuh pengertian dan kesadaran akan kesalahan,
serta berusaha keras untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas hidup.
Ini berkontribusi pada kesejahteraan pribadi dan sosial yang lebih baik.
B. Penutup
1. Ringkasan
dari Seluruh Pembahasan:
o
Pemahaman dan Penerapan Sifat
"At-Tawwab": Seluruh pembahasan ini telah menjelaskan makna,
penerapan, dan dampak dari sifat "At-Tawwab" dalam kehidupan
sehari-hari dan pendidikan karakter Islami. Dari pengertian bahasa dan istilah
hingga contoh nyata dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW, serta implikasinya dalam
pendidikan karakter, semua ini menggarisbawahi pentingnya nilai taubat dalam
pembentukan karakter yang mulia.
o
Dampak Positif dalam Pendidikan Karakter: Penerapan prinsip taubat dalam
pendidikan karakter Islami dapat menghasilkan individu yang lebih sadar akan
kesalahan, berkomitmen untuk memperbaiki diri, dan mampu membangun hubungan
sosial yang harmonis dan penuh pengertian.
2. Dorongan
untuk Menginternalisasi Sifat "At-Tawwab":
o
Dalam Kehidupan Pribadi dan Sosial: Penting untuk menginternalisasi
sifat "At-Tawwab" dalam kehidupan pribadi dan sosial sebagai bagian
dari pembentukan karakter Islami. Dengan mengamalkan sifat ini, individu dapat
menciptakan lingkungan yang lebih baik dan lebih mendukung, baik dalam konteks
keluarga, masyarakat, maupun dalam hubungan profesional.
o
Masyarakat yang Lebih Baik dan Penuh
Pengertian:
Penerapan nilai taubat dalam pendidikan karakter Islami berkontribusi pada
pembentukan masyarakat yang lebih baik, penuh pengertian, dan siap untuk
mendukung satu sama lain dalam menghadapi kesulitan dan memperbaiki diri. Ini
menciptakan atmosfer sosial yang lebih harmonis dan saling mendukung.
Dengan memahami dan mengamalkan sifat
"At-Tawwab", kita dapat mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, memperkuat karakter individu, dan membangun masyarakat yang
lebih penuh kasih dan berkomitmen untuk perbaikan diri dan hubungan sosial yang
positif.
Tafsir ATTAWWAB Guru Bakhiet
Attawwab
artinya yang maha menerima taubat. Maksudnya yaitu dialah Allah Tuha yang
mempermudah bagi hambanya sebab untuk bertaubat, dan dia pula yang memberikan
taufik kepada mereka untuk menghasilkan taubat dan dia pula yang menerima
taubat itu dari mereka serta dia pula yang membalas mereka atas taubat yang
mereka lakukan itu, juga Allah pula yang memuji atas mereka yang bertaubat.
Taubat
pemuda tersesat; Utbah Ghulam
Tak lama
setelah kejadian itu, ia mendatangi majelis ilmu Hasan al Basri. Seorang ulama
besar. Pakar pelbagai disiplin ilmu; tafsir, hadis, fiqih, teologi, dan
tawasuf. Pada erasnya, Ia merupakan
sosok ulama tersohor.
Saat ia
masuk, bertepatan Imam Hasan Basri tengah membaca al-Qur’an Q.S al-Hadid ayat
16, Allah berfirman;
ألم
يأن للذين آمنوا أن تخشع قلوبهم لذكر الله
Artinya;
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati
mereka mengingat Allah.
Setelah
membaca ayat ini, Imam Basri lantas menjelaskan tentang tafsirnya. Ketika itu
penjelsannya sangat memukau. Mengena di hati jamaah. Para peserta majelis pun
menangis sesengukan mendengar penjelasan beliau terkait ayat ini.
Lantas
berdirilah Utbah Ghulam, dengan suara setengah sengau ia memberanikan diri
untuk bertanya, “Wahai Syekh, akankah Allah menerima taubat dari seorang pemuda
tersesat dan pelaku maksiat seperti diri ku ini?,” tanyanya.
Lalu Imam
Hasan Basri menjawab, “Allah akan mengampuni mu, dan menerima taubat dari
kemaksiatan yang kamu lakukan. Pintu taubat Allah terbuka lebar” begitu jelas
sang Imam.
Mendengar
itu, seketika wajah Utbah pucat. Menggigil badannya. Ia dalam keadaan linglung.
Seketika ia jatuh. Pingsan. Tak sadarkan diri.
“Ya
Syekh, benarkah akan diterima?,” katanya untuk kedua kali setelah sadar. Seolah
tak percaya.
Imam
Hasan Basri membacakan syair untuk pemuda ini. Intinya, sang Imam mengatakan
Allah akan mengampuni dosanya. Dan melepaskan ia dari siksa neraka, jika ia
benar-benar taubat. Tak mengulangi lagi perbuatan dosanya.
Mendengat
penjelasan kedua ini, Utbah Ghulam pun pingsan kembali. Dalam riwayat tersebut,
sebanyak tiga kali terjatuh dan pingsan.Tiga kali ia tak sadarkan diri.
Begitulah
kisah taubatnya sang pemuda tersesat, Utbah Ghulam. Seorang ahli maksiat yang
kemudian jadi ulama besar. Seorang spesialisasi dosa, kemudian menjelma menjadi
orang yang sangat takut akan dosa.
Dalam
kitab Kitab Zuhud wa ar Raqaiq lil Khotib al Bagdadi, termaktub kisah tentang
khauf (takutnya) Utbah Ghulam kepada Allah. Berikut kisahnya;
أَخْبَرَنِي سَلَامَةُ بْنُ عُمَرَ
النُّصَيْبِيُّ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُجَعْفَرٍ أَبُو بَكْرٍ،
حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ يُوسُفَ الشِّكْلِيُّ، قَالَ: قَالَ سَعِيدُ بْنُ
جَعْفَرٍ الْوَرَّاقُ: قَالَ عَنْبَسَةُ الْخَوَّاصُ: كَانَ عُتْبَةُ الْغُلَامُ
يَزُورُنِي، فَبَاتَ عِنْدِي لَيْلَةً فَقُرِّبَ عَشَاؤُهُ، فَلَمْ يَأْكُلْهُ،
فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: ” سَيِّدِي، إِنْ تُعذِّبْنِي فَإِنِّي إِلَيْكَ مُحِبٌّ،
وَإِنْ تَرْحَمَنِي فَإِنِّي لَكَ مُحِبٌّ، فَلَمَّا كَانَ فِي آخِرِ اللَّيْلِ
شَهِقَ شَهْقَةً، وَجَعَلَ يُحَشْرِجُ كَحَشْرَجَةِ الْمَوْتِ، فَلَمَّا أَفَاقَ
“، قُلْتُ لَهُ: يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ، مَا كَانَ حَالُكَ مَنُذُ اللَّيلَةِ؟
فَصَرَخَ ثُمَّ قَالَ: ” يَا عَنْبَسَةُ، ذِكْرُ الْعَرْضِ عَلَى اللَّهِ قَطَّعَ
أَوْصَالَ الْمُحِبِّينَ ثُمَّ غُشِيَ عَلَيْهِ، ثُمَّ أَفَاقَ، فَسَمِعْتُهُ
يَقُولُ: يَا سَيِّدِي أَنُرَاكَ نُعَذَّبُ عِنْدَكَ “
Artinya:
Menceritakan kepada ku Salamah bin Umar an Nushaibi, berkata ia, menceritakan
kepada kami Ahmad bin Ja’far Abu Bakar, menceritakan kepada kami Abbas bin
Yusuf Asy Syakli berkata ia, berkata Sa’id bin Ja’far al Warraq, berkata
Anbasah al Khawwas;
Suatu
hari mengunjungi ku Utbah Ghulam, maka ia bermalam di rumah ku, ketika datang
telah waktu telah sore hari, maka ia sampai makan, maka aku mendengar Utbah
berkata;
“Wahai
Tuan ku, jika Engkau siksa aku, maka aku tetap mencintai mu, jika Engkau
memberikan rahmat kepada ku, aku tetap mencintai mu”, maka tatkala menjelang
akhir malam, ia meringik terisak-isak, itu seperti ia ringikan ketika menjelang
sakratul maut.
Ketika
mentari telah terbit, Anbasah bertanya kepada Utbah Ghulam, “Wahai Abu
Abdillah, bagaimana keadaan mu tadi malam? Apa yang engkau lakukan tadi malam?”
tanya Anbasah.
Seketika
ia menangis, kemudia Utbah berkata; “Wahai Anbasah, zikir menyampaikan kepada
Allah, dan memutuskan ia akan hubungan orang yang mencintai”, Kemudian ia
pingsan, ketika tersadar aku mendengar ia berkata; “wahai Tuhan ku, aku melihat
siksaan mu,”
Demikian
kisah taubat pemuda tersesat, Utbah Ghulam.
Diantara
doanya : “ya Allah jika engkau telah menerima taubatku, engkau ampuni
dosa-dosaku maka muliakan aku dengan faham dan hafal sehingga aku hafal tiap
yang aku dengar daripada ilmu dan alqur’an. Wahai tuhanku, muliakanlah aku
dengan suara yang lebut, sehingga suapa yang mendengar bacaannku akan luluh
hatinya sekalipun ia keras hati,. Wahai tuhanku muliakanlah aku dengan rizki
yang halal dari jalan yang tidak disangka-sangka.
Ini
adalah doa permintaan kepada Allah oleh seorang hamba yang baru bertaubat dan
semuanya dikabulkan oleh Allah swt. Begitu ia mendengar ilmu dan alquran dia
langsung hafal, kalua ia menghafal quran suaranya lembut dan setiap hari
dirumahnya selalu tersedia makanan sampai ia mati.
Rasulullah
ﷺ bersabda:
"Orang
yang bertaubat adalah kekasih Allah. Orang yang bertaubat atas dosanya,
bagaikan orang yang tidak berdosa."
(Hadis
riwayat Imam Ibnu Majah)
Kalua
orang yang sudah menjadi kekasih allah maka permintaannya di kabulkan Allah
Swt,
Nabi ada
setelah beliau diturtunkan keduia karena kesalahannya, berpuluh puluh tahun
tidak berani menoleh kelangit. Di hikayatkan air mata seluruh manusia jika
dikumpulkan maka maka lebih banyak air mata yang pernah tumpah dari nabi daud
dan nabi daud jika dikumpulkan masih banyak lagi air mata nabi adam karena
penyesalan terhadap dosanya.
Akhirnya
selama berpuluh puluh tahun nabi adam menangis, di kasih ilham oleh Allah untuk
membaca doa ini :
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Artinya:
“Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk
orang-orang yang merugi” (QS Al-A'raf, 23)
Setelah
nabi ada mengucapkan ini berulang-ulang barulah diterima taubatnya nabi adam.
Orang
yang beriman dengan nama Allah ini makai akan selalu bertaubat kepada Allah dan
mendawamkannya, Rasulullah bersabda :
Rasulullah
saw. bersabda:
"إِنَّهُ
لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِي، وَإِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ
مَرَّةٍ"
"Sesungguhnya
hatiku tidak pernah lalai dari zikir kepada Allah, sesungguhnya Aku
beristighfar seratus kali dalam sehari." (HR. Muslim No. 2702)
Menurut
ahli tafsir, bahwa Rasulullah itu bertaubatbukan dari dosa karena beliau sudah
dijamin ampunan allah, melaikan beliau semata mata menjalankan perintah allah
dan ini contoh kepada umatnya untuk selalu bertaubat kepada Allah Swt.
Taubat
itu terdiri dari tiga perkara :
1.
Ilmu
2.
Keadaan
3.
Amal
Maksud ilmu
disini ialah mngetahui bahwa satu dosa itu akan mendatangkan murka Allah dan
menjauhkan dari surga serta mendekatkan kepada neraka juga membuat sedih
Rasulullah serta ibu bapak yang ada dalam kubur dab juga mempersempit rizki
serta mendatangkan duka cita.
Setelah
kita tahu bahaya dan akibat dosa, dengan memikirkannya maka akan timbul
perasaan sedih dalam hati karena pernah melakukan dosa, rasa sedih itu
dinanamakan HAL atau KEADAAN yang mendorong untuk melakukan taubat. Dan
Tindakan taubat itu yang disebut dengan AMAL.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ
قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ
مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا
اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ
بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Terjemahan
Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka
(yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan)
perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih
baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu
sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan
barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Orang
orang yang tidak mau taubat daridosa ia adalah orang dzalim dan Allah tidak
suka kepada orang dzalim.
Ulama
berkata bahwa Taubat itu lebih sulit daripada meninggalkan dosa. Kita bisa saja
meninggalkan minum arak dan zina tapi menyesali dan sakit hati karena pernah
melakukan dosa dosa itu sulit bahkan lebih sulit karena itu penyesalan itu
adalah taubat.
Maka
kalau kita beriman kepada nama Allah Attawab maka kita harus selalu bertaubat
atas kesalahan kita dan yang kedua selalu memaafkan orang lain yang telah
berbuat salah kepada kita.
Ada di
dalam hadits bahwa dipadang mashsar nanti manusia diseru bangkitlah orang orang
punya pahala atas allah. Siapa itu ya Rasulullah? Yaitu orang yang memaafkan
manusia. Dan mereka di masukkan surga tanpa di hisab.
Di dalam hadits
bahwa orang orang di dzalimi dalam dunia mreja beruntung di hari qiyamat,
asalkan orang yang dizaliminya itu sabar tidak bebuat yang semena mena dan
tidak minta dibalaskan kepada Allah.
Komentar
Posting Komentar