99. ASH-SHABUUR

"Ash-Shabuur"

 

1.  Definisi dan Makna "Ash-Shabuur"

Pengertian "Ash-Shabuur" Secara Bahasa dan Istilah

  • Secara Bahasa: Kata "Ash-Shabuur" berasal dari akar kata Arab "ṣabr" (صبر), yang berarti kesabaran, ketahanan, dan kemampuan untuk menahan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam konteks ini, "Ash-Shabuur" berarti yang paling sabar, yang memiliki kesabaran yang luar biasa.
  • Secara Istilah: "Ash-Shabuur" adalah salah satu dari 99 nama Allah (Asmaul Husna) yang menggambarkan sifat Allah SWT sebagai yang Maha Sabar. Dalam istilah teologis, "Ash-Shabuur" merujuk pada sifat Allah yang menunjukkan kesabaran-Nya yang tidak terbatas dalam menahan diri dari menghukum manusia meskipun mereka seringkali melakukan dosa dan kesalahan. Allah tidak terburu-buru dalam memberikan hukuman dan selalu memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk bertaubat.

Makna "Ash-Shabuur" sebagai Sifat Allah SWT

  • Kesabaran yang Tiada Batas: Sebagai "Ash-Shabuur," Allah SWT menunjukkan kesabaran yang tiada banding. Allah tidak segera menghukum orang yang berdosa, tetapi memberikan waktu dan kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki diri, bertaubat, dan kembali kepada-Nya. Ini menunjukkan kasih sayang dan rahmat-Nya yang luar biasa terhadap ciptaan-Nya.
  • Kasih Sayang yang Melimpah: Kesabaran Allah bukanlah tanda kelemahan, melainkan ekspresi dari kasih sayang dan rahmat-Nya yang melimpah. Allah Maha Sabar dalam menghadapi ketidaktaatan manusia dan tetap memberikan rezeki, kesehatan, dan nikmat lainnya, meskipun manusia sering kali tidak patuh kepada-Nya.
  • Peringatan dan Kesempatan: Sifat "Ash-Shabuur" juga menunjukkan bahwa Allah memberikan peringatan melalui wahyu, para nabi, dan tanda-tanda lainnya agar manusia dapat menyadari kesalahannya dan memperbaiki diri sebelum tiba waktunya untuk dihisab. Kesabaran Allah dalam memberikan peringatan dan kesempatan ini merupakan bentuk dari kasih sayang-Nya yang sangat besar.

Dengan memahami makna "Ash-Shabuur," manusia diharapkan dapat meneladani sifat kesabaran Allah dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam menghadapi ujian, mengelola emosi, maupun dalam interaksi sosial dengan sesama. Kesabaran adalah salah satu kunci penting dalam membangun karakter yang kuat dan berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam.

 

2. Ash-Shabuur dalam Al-Quran dan Hadis

A. Ayat-Ayat yang Menyebutkan Kesabaran Allah

  • Ayat-Ayat yang Menggambarkan Kesabaran Allah SWT: Al-Quran menyebutkan banyak ayat yang menggambarkan sifat kesabaran Allah. Salah satu contohnya adalah dalam Surat An-Nahl ayat 61:

“Dan jika Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ada yang tersisa di bumi ini satu makhluk pun, tetapi Allah menangguhkan (hukuman) mereka sampai waktu yang ditentukan. Maka apabila ajal mereka tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) mempercepatnya.” (QS. An-Nahl: 61).

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Maha Sabar dalam memberikan hukuman kepada manusia atas dosa-dosa mereka. Allah SWT tidak serta-merta menghukum, melainkan menangguhkan hukuman agar manusia memiliki waktu untuk bertaubat.

  • Konsep Kesabaran dalam Konteks yang Lebih Luas: Kesabaran Allah SWT tidak hanya dalam menahan diri dari menghukum, tetapi juga dalam memberikan waktu bagi manusia untuk memperbaiki diri. Allah SWT bersabar dalam menghadapi kekufuran dan kedurhakaan manusia, memberikan kesempatan bagi mereka untuk bertaubat. Ayat-ayat lain yang menunjukkan kesabaran Allah termasuk QS. Al-Kahfi: 58 dan QS. Asy-Syura: 30.
  • Aplikasi dalam Kehidupan: Dari ayat-ayat ini, umat Islam diajak untuk memahami bahwa kesabaran adalah salah satu aspek penting dalam hubungan mereka dengan Allah. Sebagai makhluk yang penuh dosa, manusia harus menyadari bahwa kesempatan untuk bertaubat adalah bentuk kasih sayang Allah yang Maha Sabar.

B. Hadis-Hadis yang Menjelaskan Kesabaran

  • Hadis-Hadis Tentang Kesabaran Allah: Ada banyak hadis yang menunjukkan bagaimana Nabi Muhammad SAW menjelaskan sifat kesabaran Allah. Misalnya, dalam sebuah hadis Qudsi, Allah SWT berfirman:

“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kamu berbuat dosa siang dan malam, dan Aku mengampuni semua dosa, maka mohonlah ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu.” (HR. Muslim).

Hadis ini menggambarkan kesabaran Allah dalam menghadapi dosa-dosa manusia, sekaligus mengajak manusia untuk senantiasa memohon ampunan dan bertaubat.

  • Ajakan untuk Meneladani Kesabaran Allah: Nabi Muhammad SAW sering mengajarkan pentingnya meneladani sifat kesabaran Allah dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, beliau bersabda:

“Siapa yang bersabar, Allah akan memberikan kesabaran kepadanya, dan tidak ada pemberian yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini mendorong umat Islam untuk mengembangkan sikap sabar dalam menghadapi cobaan, masalah, dan interaksi sosial. Sifat sabar adalah cerminan dari upaya untuk meneladani Allah yang Maha Sabar.

  • Aplikasi dalam Kehidupan: Dengan memahami hadis-hadis ini, umat Islam diharapkan mampu menerapkan kesabaran dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam menghadapi ujian hidup, dalam hubungan sosial, maupun dalam berinteraksi dengan sesama. Kesabaran merupakan salah satu karakter utama yang harus dimiliki oleh setiap muslim sebagai bentuk penghayatan terhadap sifat Allah yang Maha Sabar.

Kesabaran Allah sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadis, tidak hanya memberikan gambaran tentang kasih sayang-Nya, tetapi juga menjadi landasan penting bagi umat Islam untuk membentuk karakter yang kuat, tabah, dan penuh ketenangan dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan.

 

3. Manifestasi Sifat Ash-Shabuur dalam Kehidupan

A. Membangun Sikap Sabar dalam Menghadapi Ujian

  • Makna Sabar dalam Menghadapi Ujian: Sifat "Ash-Shabuur" Allah SWT mengajarkan umat Islam untuk bersabar ketika menghadapi ujian dan cobaan dalam kehidupan. Sabar di sini berarti menahan diri dari keluh kesah, tetap tenang, dan berusaha mencari hikmah di balik setiap kejadian. Ujian hidup adalah bagian dari sunatullah, dan dengan bersabar, manusia dapat memperoleh kedewasaan spiritual.
  • Contoh Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-Hari: Manusia dihadapkan pada berbagai bentuk ujian, seperti kehilangan harta, kesehatan, atau orang yang dicintai. Sifat sabar menjadi penopang agar seseorang tidak terjerumus dalam keputusasaan. Misalnya, ketika mengalami kegagalan dalam pekerjaan atau studi, kesabaran membantu individu untuk bangkit dan mencoba kembali dengan cara yang lebih baik.
  • Manfaat Sabar dalam Kehidupan: Dengan mengamalkan sabar, seseorang akan lebih mudah mencapai ketenangan batin, hubungan yang harmonis dengan orang lain, dan keberhasilan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Sifat sabar juga memperkuat hubungan dengan Allah SWT, karena individu yang sabar menyadari bahwa segala sesuatu terjadi atas izin dan ketetapan-Nya.

B. Mengembangkan Ketabahan dan Keuletan

  • Ketabahan sebagai Wujud Sifat Ash-Shabuur: Ketabahan adalah kemampuan untuk tetap teguh dan bertahan dalam menghadapi kesulitan, tanpa kehilangan harapan atau menyerah. Allah SWT yang Maha Sabar menjadi teladan dalam menunjukkan ketabahan, karena Dia memberikan kesempatan kepada hamba-hamba-Nya untuk bertaubat meskipun mereka terus-menerus melakukan dosa.
  • Pentingnya Keuletan dalam Kehidupan: Keuletan adalah sikap pantang menyerah dan terus berusaha walaupun menghadapi rintangan. Meneladani sifat Ash-Shabuur, manusia diajarkan untuk terus berusaha dan tidak cepat menyerah dalam mencapai tujuan hidupnya, baik itu dalam pendidikan, karier, atau urusan ibadah.
  • Dampak Ketabahan dan Keuletan terhadap Pembentukan Karakter: Sifat sabar, tabah, dan ulet tidak hanya membantu seseorang menghadapi tantangan dengan lebih baik, tetapi juga membentuk karakter yang tangguh dan tahan uji. Individu yang memiliki ketabahan dan keuletan akan lebih mudah untuk berkembang dan berhasil dalam segala aspek kehidupan, baik secara spiritual, sosial, maupun profesional.

Mengamalkan sifat Ash-Shabuur dalam kehidupan sehari-hari mengajarkan manusia untuk sabar dan tabah dalam menghadapi setiap ujian yang diberikan oleh Allah SWT. Dengan ketabahan dan keuletan, seseorang tidak hanya mampu bertahan dalam menghadapi berbagai kesulitan, tetapi juga tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat, tangguh, dan berkarakter Islami.

 

4. Teladan Nabi Muhammad SAW dalam Mewujudkan Sifat Ash-Shabuur

A. Kisah-Kisah Kesabaran Nabi Muhammad SAW

  • Kesabaran dalam Dakwah: Nabi Muhammad SAW menghadapi berbagai rintangan dan penolakan dalam menyebarkan ajaran Islam, namun beliau tetap sabar dan terus menyampaikan kebenaran. Salah satu contoh adalah ketika Nabi SAW disakiti oleh penduduk Thaif yang melempari beliau dengan batu. Meskipun terluka, Nabi SAW tetap sabar dan bahkan berdoa agar mereka diberikan hidayah oleh Allah SWT.
  • Kesabaran dalam Kehidupan Pribadi: Selain dalam dakwah, kesabaran Nabi Muhammad SAW juga terlihat dalam kehidupan pribadinya. Ketika kehilangan istri tercinta, Khadijah RA, dan paman beliau, Abu Thalib, dalam tahun yang sama (Amul Huzn - Tahun Kesedihan), Nabi SAW menunjukkan ketabahan yang luar biasa. Beliau menerima ujian tersebut dengan ikhlas dan tetap tegar dalam menjalankan misi kenabiannya.
  • Kesabaran dalam Menghadapi Pengkhianatan dan Perlakuan Buruk: Salah satu contoh lain adalah kesabaran Nabi SAW ketika menghadapi pengkhianatan dari orang-orang yang dekat dengannya, seperti peristiwa pembunuhan di Bi’r Ma’unah dan penyerangan di Perang Uhud. Nabi SAW tetap sabar dan tidak membalas dengan dendam, melainkan memaafkan mereka dan terus berdoa untuk kebaikan umatnya.

B. Penerapan Sifat Ash-Shabuur dalam Dakwah dan Pendidikan

  • Pengajaran Kesabaran kepada Para Sahabat: Nabi Muhammad SAW tidak hanya menunjukkan kesabaran dalam tindakannya, tetapi juga mengajarkan pentingnya kesabaran kepada para sahabatnya. Beliau sering memberikan nasihat agar mereka bersabar dalam menghadapi kesulitan dan cobaan, serta tetap teguh dalam keyakinan mereka. Misalnya, dalam menghadapi tekanan dari kaum Quraisy, Nabi SAW selalu mengingatkan para sahabat untuk bersabar dan menahan diri dari tindakan kekerasan.
  • Penerapan dalam Pendidikan: Kesabaran adalah salah satu nilai penting yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam mendidik umatnya. Beliau mendidik para sahabat dengan penuh kesabaran, memberikan mereka waktu untuk memahami ajaran-ajaran Islam, dan selalu bersedia untuk menjawab pertanyaan mereka dengan bijaksana. Kesabaran ini juga menjadi contoh bagi umat Islam dalam mendidik generasi berikutnya, terutama dalam menghadapi tantangan dalam proses belajar dan pengajaran.
  • Implikasi Terhadap Pembentukan Karakter: Penerapan sifat Ash-Shabuur dalam dakwah dan pendidikan oleh Nabi Muhammad SAW berdampak signifikan terhadap pembentukan karakter sahabat dan umat Islam secara umum. Karakter yang terbentuk adalah karakter yang kuat, penuh kesabaran, keteguhan, dan keuletan dalam menghadapi segala macam ujian hidup. Nilai-nilai ini menjadi fondasi penting dalam pengembangan pribadi dan masyarakat yang kokoh dalam iman dan akhlak.

Teladan kesabaran Nabi Muhammad SAW memberikan inspirasi bagi umat Islam untuk meneladani sifat Ash-Shabuur dalam setiap aspek kehidupan. Kesabaran dalam menghadapi cobaan, ketabahan dalam menghadapi kesulitan, dan keuletan dalam perjuangan dakwah adalah cerminan dari pengamalan sifat Allah yang Maha Sabar, yang diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

5. Implikasi Sifat Ash-Shabuur dalam Pendidikan Karakter Islami

A. Pendidikan Karakter Berbasis Kesabaran

  • Pentingnya Kesabaran dalam Pembentukan Karakter Islami: Kesabaran adalah salah satu pilar utama dalam pendidikan karakter Islami. Sifat Ash-Shabuur menekankan pentingnya mengembangkan kesabaran dalam diri setiap individu sejak dini. Dalam konteks pendidikan, menanamkan nilai kesabaran dapat membantu siswa menghadapi tantangan dalam belajar, interaksi sosial, dan berbagai situasi hidup dengan tenang dan bijaksana.
  • Metode Pengajaran yang Mengintegrasikan Nilai Kesabaran: Pendidikan karakter berbasis kesabaran dapat diterapkan melalui berbagai metode pengajaran yang mengajarkan siswa untuk mengelola emosi, menahan diri dari reaksi impulsif, dan mengembangkan kemampuan untuk menunggu proses dengan penuh keyakinan. Misalnya, melalui pembelajaran berbasis proyek yang membutuhkan waktu dan usaha yang konsisten, siswa diajarkan untuk bersabar dalam mencapai hasil yang diinginkan.
  • Contoh Nyata dalam Keseharian: Pendidik dapat memberikan contoh nyata tentang bagaimana kesabaran diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Cerita-cerita tentang Nabi Muhammad SAW dan para sahabat yang menunjukkan kesabaran dalam menghadapi berbagai ujian hidup dapat dijadikan sebagai bahan pelajaran untuk menginspirasi siswa agar meneladani sifat Ash-Shabuur dalam kehidupan mereka.

B. Pembentukan Karakter yang Tangguh dan Berdaya Tahan

  • Membangun Ketahanan Mental dan Spiritual: Sifat Ash-Shabuur tidak hanya tentang kesabaran dalam menunggu, tetapi juga tentang ketangguhan dalam menghadapi kesulitan hidup. Dalam pendidikan karakter Islami, mengajarkan nilai kesabaran dapat membantu siswa mengembangkan ketahanan mental dan spiritual yang kuat, sehingga mereka tidak mudah menyerah ketika menghadapi kegagalan atau cobaan.
  • Mengembangkan Karakter yang Tidak Mudah Goyah: Pendidikan karakter berbasis sifat Ash-Shabuur mendorong pembentukan individu yang tidak mudah terpengaruh oleh tekanan eksternal. Siswa yang memahami dan menerapkan nilai kesabaran akan memiliki karakter yang kokoh, mampu berdiri teguh di tengah berbagai godaan dan tantangan, dan tetap konsisten dalam kebaikan.
  • Kesabaran Sebagai Kunci Sukses dalam Pendidikan: Mengajarkan pentingnya kesabaran kepada siswa juga berarti mempersiapkan mereka untuk sukses di masa depan. Kesabaran adalah kunci untuk mencapai tujuan jangka panjang, baik dalam studi, karier, maupun kehidupan pribadi. Sifat Ash-Shabuur memberikan landasan bagi siswa untuk menghadapi proses belajar dan perkembangan pribadi dengan ketenangan, keyakinan, dan keteguhan hati.

Melalui pendidikan karakter Islami yang menekankan pentingnya sifat Ash-Shabuur, individu dapat dibentuk menjadi pribadi yang sabar, tangguh, dan berdaya tahan. Karakter ini akan membantu mereka menjalani hidup dengan penuh iman, ketenangan, dan kekuatan dalam menghadapi segala tantangan.

 

6. Kesimpulan

A. Relevansi Sifat Ash-Shabuur dalam Pendidikan Karakter di Era Modern

  • Sifat Ash-Shabuur dalam Konteks Modern: Di era modern, tantangan yang dihadapi manusia semakin kompleks, mulai dari tekanan sosial, teknologi yang berkembang pesat, hingga krisis global yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Sifat Ash-Shabuur, yang mengajarkan kesabaran dan ketabahan, menjadi sangat relevan dalam membentuk karakter yang kuat dan berakhlak mulia. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh dengan godaan untuk bertindak impulsif, kemampuan untuk menahan diri, bersabar, dan tetap teguh dalam kebaikan menjadi kualitas yang sangat berharga.
  • Penerapan dalam Pendidikan Karakter: Pendidikan karakter di era modern harus mampu menjawab tantangan zaman dengan mengintegrasikan nilai-nilai kesabaran yang diajarkan oleh sifat Ash-Shabuur. Melalui pendidikan yang menekankan pentingnya kesabaran, siswa dapat dilatih untuk menghadapi berbagai tekanan dan tantangan hidup dengan tenang dan penuh keyakinan. Sifat Ash-Shabuur juga membantu dalam membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijaksana dan bermoral tinggi.
  • Menjadi Pribadi yang Tangguh di Zaman Modern: Dengan menginternalisasi sifat Ash-Shabuur, individu dapat menjadi lebih tangguh dalam menghadapi perubahan dan ketidakpastian yang sering terjadi di zaman modern. Karakter yang dibangun di atas dasar kesabaran akan lebih siap untuk menghadapi kegagalan, rintangan, dan kesulitan dengan sikap positif dan optimis. Dalam jangka panjang, sifat ini akan memberikan kontribusi besar dalam menciptakan masyarakat yang harmonis, damai, dan penuh dengan individu yang berakhlak mulia.

B. Penutup

  • Ringkasan Pembahasan: Sifat Ash-Shabuur, sebagai salah satu Asmaul Husna, mengajarkan kita pentingnya kesabaran dan ketabahan dalam setiap aspek kehidupan. Melalui pembahasan ini, kita telah melihat bagaimana sifat ini dipahami dalam Al-Quran dan Hadis, serta bagaimana ia dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam konteks pendidikan karakter Islami. Sifat Ash-Shabuur tidak hanya membantu dalam membentuk individu yang kuat secara mental dan spiritual, tetapi juga berperan dalam menciptakan lingkungan yang lebih damai dan penuh pengertian.
  • Dorongan untuk Menginternalisasi Sifat Ash-Shabuur: Menginternalisasi sifat Ash-Shabuur dalam kehidupan pribadi dan sosial adalah langkah penting dalam membangun karakter yang berdaya tahan, tangguh, dan berakhlak mulia. Dalam dunia yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, sifat ini menjadi pelita yang membimbing kita untuk tetap teguh dan optimis dalam menjalani kehidupan. Dengan menjadikan kesabaran sebagai nilai inti dalam pendidikan karakter Islami, kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijaksana, penuh kasih, dan mampu menghadapi segala rintangan dengan keimanan yang kuat.

 

 

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لمَ ْيُغَرْغِرْ

“Sungguh Allah menerima taubat hamba-Nya selama belum yu-ghor-ghir” (HR. At Tirmidzi, 3880. Ia berkata: “Hadits ini hasan gharib”. Di-hasan-kan oleh Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi)


Sungguh Allah Ta’ala telah melapangkan dan melonggarkan serta memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada kita untuk bertaubat kepada-Nya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ النَّهَارِ ، وَبِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ اللَّيْلِ

“Sungguh, Allah meluaskan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di siang hari. Dan Allah meluaskan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di malam hari” (HR. Muslim no.7165)

Daripada Abu Umamah RA, Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ صَاحِبَ الشِّمَالِ لِيَرْفَعُ الْقَلَمَ سِتَّ سَاعَاتٍ عَنِ الْعَبْدِ الْمُسْلِمِ الْمُخْطِئِ أَوِ الْمُسِيءِ، فَإِنْ نَدِمَ وَاسْتَغْفَرَ اللهَ مِنْهَا أَلْقَاهَا ، وَإِلَّا كُتِبَتْ وَاحِدَةً

Maksudnya: “Sesungguhnya malaikat pencatit kejahatan pasti tidak menulis selama enam waktu dari seseorang hamba muslim yang tersilap melakukan kesilapan. Jika dia bertaubat dan beristighfar kepada Allah, malaikat terus tidak mencatitnya. Jika dia tidak bertaubat setelah berlalu tempoh enam waktu tersebut selepas melakukan kesalahan, maka dicatit satu dosa ke atasnya.” (al-Tabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu‘ab al-Iman. Dinilai hasan oleh al-Albani dalam Sahih al-Jami’ al-Saghir)

وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍ ۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ ﴿المنافقون : ۱۰

Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Al-Munafiqun: 10)

Orang yang beriman kepada nama Asllah Ash-Shabur maka ia akan sabar atas 3 perkara:

1.    Sabar atas musibah

2.    Sabar dalam melaksanakan Taat

3.    Sabar dalam menhgadapi perbuatan dosa


مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ بَاقٍۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِيْنَ صَبَرُوْٓا اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Terjemahan

Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Hasan al-Bashry rahimahullah berkata:

الصبر كنز من كنوز الخير، لا يعطيه الله إلا لعبد كريم عنده

“Sabar adalah salah satu dari perbendaharaan kebaikan, Allah tidak akan memberikannya kecuali kepada seorang hamba yang mulia di sisi-Nya.”
(Ash-Shabr, karya Ibnu Abid Dunya, halaman 27)

Pertama, Sabar atas musibah

Musibah ada yang dating langsung dari Allah, seperti sakit, kematian, bencana alam dan lainnya. Dan ada juga musibah itu pada dhahirnya dating dari manusia seperti celaan dan cacian atau gangguan lainnya, apabila kita mampu tidak keluh kesah Ketika menerima ujian dari Allah berupa musbih dan kita mampun untuk tidak membalas gangguan orang Ketika orang menyakiti kita disebutnya orang sabar dan diberi nilai atau derajat 300 dari Allah Swt.

Tidaklah muda sabar Ketika mendapatkan gangguan dari orang apabila belum sempurna makrifat kita kepada Allah Swt, namun bagi orang yang mengenal Allah maka ia memandang apa yang telah menimpanya baik itu langsung dari Allah atau yang melalui sebab manusia semuanya dari  Allah Swt sebagai ujian keimanan baginya. Hal yang demikian diperlukan penghayatan dan Latihan.

Dan supaya kita sabat Ketika mendapatkan gangguan manusia maka hendaknya kita langung ingat kepada Rasulullah Saw.

Kedua : Sabar dalam mengerjakan ibadah

Dalam menjalanka ibadah dan ketaatan sangatlah diperlukan kesabaran, apalagi jika kita ingin ibadah kita itu baik dan sempurna.

Jika kita ingin khusu’ dalam sholat maka diperlukan kesabaran sampai bisa khusyu. Dalam mencapai khusu diperlukan perhatian khusus, orang harus berani mengurangi cinta dunia, karena selama mencintai dunia lebih dari mencintai akhirattidak akan bisa mencapai khusu.

Dan bagaimana agar puasa itu diterima Allah, diperlukan juga kesabaran, yaitu sabar menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang membatalkan pahala puasa.

Bagaimana agar bisa bangun malam?, maka diperlukan kesabaran, semua amal ketaatan perlu sabar, jika tidak sabar tidak bisa menghadapi hawa nafsu.

Apabila sabar dalam hal ketaatan, maka allah akan memberi nilai atau derajat 600 derajat.

Ketiga : Sabar atas maksiat

Sabar yang atas yang diharamkan Allah, umpama di hadapan kita ada teman yang mengibah orang, kita tahu bahwa mengibah adalah dosa besar, tetapi terkadang kita ingin mendengarkannya dan ikut memberitakan, disitu kita haru sabar, apabila kita sabar, apabla kita tidak bisa menegur maka kita harus meninggakannya atau menjauhkannya.

Begitu juga ada peluang yang menguntungkan, namu kalua kita ambil kita harus berbuat curang, disitu keimanan kita diuji aopakah kitab isa menahan diri dengan sabar atau tidak. Apabila kita bisa sabar untuk tidak melakukannya maka Allah akan beri 900 derajat.

"Sabar itu ada tiga macam: sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam menjalankan ketaatan dan sabar dalam menghindari kemaksiatan. Siapa yang sabar dalam menghadapi musibah sehingga mampu menjalaninya dengan baik, dengan segala kekuatan hatinya, maka Allah akan mencatat untuknya sebanyak 300 derajat yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak antara langit dengan bumi. Siapa yang sabar dalam menjalankan ketaatan, maka Allah akan mencatat untuknya 600 yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak antara batas dasar bumi hingga puncak 'Arasy. Siapa yang sabar dalam menghindari kemaksiatan, maka Allah akan mencatat untuknya 900 derajat yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak dua kali antara batas dasar bumi hingga puncak 'Arasy." (HR. Ibnu Hibban, Ibnu Abid Dun-ya dan Dailami)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

2 Al-Rahim (الرحيم) – Maha Penyayang

6. "As-Salam"

35.Asy-Syakuur