58. “Al-Muhshi”
58. Nama Allah “Al-Muhshi”
Allah Ta’ala,
Al-Muhshi, adalah nama Allah yang ke-85. Al-Muhshi artinya yang Maha
Menghitung. Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Al-Muhshi
adalah Dia yang Maha Mengetahui dan Maha Menghitung segala sesuatu dengan
tepat. Allah berfirman, “Dan Dia meliputi segala apa yang ada pada mereka dan
Dia menghitung segala sesuatu dengan jumlah yang teliti.” (QS. Al-Jinn: 28).
Artinya, Allah mengetahui dengan pasti, tidak kurang dan tidak lebih, jumlah
segala sesuatu.
Allah
mengetahui jumlah ikan di lautan, tidak ada sedikit pun yang kurang dari
ketelitian-Nya. Dia mengetahui berapa jumlah malaikat, berapa jumlah para
rasul, dan jumlah para nabi. Menurut beberapa ulama, jumlah para rasul adalah
313, ada juga yang mengatakan 314 dan 315. Pendapat-pendapat ini hanya
perkiraan saja, sedangkan jumlah yang sesungguhnya hanya diketahui oleh Allah,
Al-Muhshi.
Jika kita sudah
mengetahui dan meyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang kita
ketahui, maka keimanan itu akan membuahkan hasil, yaitu perilaku berupa kita
menghitung amal perbuatan dan diam kita sebagai persiapan menghadapi hari
akhir.
Kita
diperintahkan untuk menghitung bekal kita untuk menjalani tahapan-tahapan
menuju hari yang abadi. Seperti orang yang hendak berangkat haji, dia harus
menghitung bekal perjalanannya dari rumah sampai kembali. Begitu juga bagi
orang yang pasti akan menghadapi kematian. Dunia adalah tempat untuk
mempersiapkan bekal perjalanan. Setidaknya ada delapan (8) tahapan persiapan
yang harus kita lalui sebelum kita sampai ke surga atau neraka. Agar tidak
sampai ke neraka, kita harus mempersiapkan dari sekarang dan tidak boleh
ditunda, karena waktu keberangkatan kita tidak diketahui. Jika tidak cukup
persiapan, kita akan kesulitan menghadapi tahapan-tahapan tersebut.
Adapun delapan
tahapan yang pasti akan kita jumpai adalah:
1.
Menghadapi
Kematian
Saat sakaratul
maut, tidak ada yang bisa diharapkan kecuali husnul khatimah, yaitu mati
dalam keadaan Islam, dan semoga malaikat maut mencabutnya dengan wajah yang
manis. Rasulullah memberikan beberapa arahan dalam beberapa hadits untuk
menghadapi yang demikian itu, di antaranya: “Barang siapa yang ingin bertemu
Allah besok (pada hari kiamat) dalam keadaan Muslim, maka hendaklah dia menjaga
shalat lima waktu ketika dikumandangkan azan untuknya (dengan berjamaah).”
Ini adalah
arahan pertama agar tidak kebingungan saat menghadapi sakaratul maut, maka
hendaklah kita berusaha untuk menjaga shalat berjamaah sebagai bekal. Mulailah
dari sekarang dengan berniat bahwa shalat berjamaah itu sebagai persiapan untuk
menghadapi kematian.
Arahan atau
nasihat kedua, hendaknya memperbanyak membaca doa-doa yang diajarkan Rasulullah
ﷺ yaitu: “Ya Allah, tolonglah aku dalam
menghadapi kematian dan mudahkanlah kematian itu bagiku.”
Dan arahan
ketiga, hendaknya memperbanyak membaca dzikir “La ilaha illa Allah”
sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ: “Jibril telah
memberitahuku bahwa La ilaha illa Allah adalah penghibur seorang Muslim
saat kematiannya, di dalam kuburnya, dan ketika ia keluar dari kuburnya.”
Sebagai tanda bahwa kita sudah mempersiapkan untuk menghadapi sakaratul maut,
kita harus memperbanyak mengucapkan “La ilaha illa Allah”, karena
kalimat itu nanti akan menjadi pendamping kita saat menghadapi sakaratul maut.
Dengan tiga macam ini, jika kita sudah melakukannya, berarti kita sudah
mempersiapkan satu tahapan persiapan.
Masail Nama
Allah “Al-Muhshi”
Allah Ta’ala,
Al-Muhshi, adalah nama Allah yang ke-85. Al-Muhshi artinya yang Maha
Menghitung. Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Al-Muhshi
adalah Dia yang Maha Mengetahui dan Maha Menghitung segala sesuatu dengan
tepat. Allah berfirman, “Dan Dia meliputi segala apa yang ada pada mereka dan
Dia menghitung segala sesuatu dengan jumlah yang teliti.” (QS. Al-Jinn: 28).
Artinya, Allah mengetahui dengan pasti, tidak kurang dan tidak lebih, jumlah
segala sesuatu.
Allah
mengetahui jumlah ikan di lautan, tidak ada sedikit pun yang kurang dari
ketelitian-Nya. Dia mengetahui berapa jumlah malaikat, berapa jumlah para
rasul, dan jumlah para nabi. Menurut beberapa ulama, jumlah para rasul adalah
313, ada juga yang mengatakan 314 dan 315. Pendapat-pendapat ini hanya
perkiraan saja, sedangkan jumlah yang sesungguhnya hanya diketahui oleh Allah,
Al-Muhshi.
Jika kita sudah
mengetahui dan meyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang kita
ketahui, maka keimanan itu akan membuahkan hasil, yaitu perilaku berupa kita
menghitung amal perbuatan dan diam kita sebagai persiapan menghadapi hari
akhir.
Kita
diperintahkan untuk menghitung bekal kita untuk menjalani tahapan-tahapan
menuju hari yang abadi. Seperti orang yang hendak berangkat haji, dia harus
menghitung bekal perjalanannya dari rumah sampai kembali. Begitu juga bagi
orang yang pasti akan menghadapi kematian. Dunia adalah tempat untuk
mempersiapkan bekal perjalanan. Setidaknya ada delapan (8) tahapan persiapan
yang harus kita lalui sebelum kita sampai ke surga atau neraka. Agar tidak
sampai ke neraka, kita harus mempersiapkan dari sekarang dan tidak boleh
ditunda, karena waktu keberangkatan kita tidak diketahui. Jika tidak cukup
persiapan, kita akan kesulitan menghadapi tahapan-tahapan tersebut.
Adapun delapan
tahapan yang pasti akan kita jumpai adalah:
1.
Menghadapi
Kematian
Saat sakaratul
maut, tidak ada yang bisa diharapkan kecuali husnul khatimah, yaitu mati
dalam keadaan Islam, dan semoga malaikat maut mencabutnya dengan wajah yang
manis. Rasulullah memberikan beberapa arahan dalam beberapa hadits untuk
menghadapi yang demikian itu, di antaranya: “Barang siapa yang ingin bertemu
Allah besok (pada hari kiamat) dalam keadaan Muslim, maka hendaklah dia menjaga
shalat lima waktu ketika dikumandangkan azan untuknya (dengan berjamaah).”
Ini adalah
arahan pertama agar tidak kebingungan saat menghadapi sakaratul maut, maka
hendaklah kita berusaha untuk menjaga shalat berjamaah sebagai bekal. Mulailah
dari sekarang dengan berniat bahwa shalat berjamaah itu sebagai persiapan untuk
menghadapi kematian.
Arahan atau
nasihat kedua, hendaknya memperbanyak membaca doa-doa yang diajarkan Rasulullah
ﷺ yaitu: “Ya Allah, tolonglah aku dalam
menghadapi kematian dan mudahkanlah kematian itu bagiku.”
Dan arahan
ketiga, hendaknya memperbanyak membaca dzikir “La ilaha illa Allah”
sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ: “Jibril telah
memberitahuku bahwa La ilaha illa Allah adalah penghibur seorang Muslim
saat kematiannya, di dalam kuburnya, dan ketika ia keluar dari kuburnya.”
Sebagai tanda bahwa kita sudah mempersiapkan untuk menghadapi sakaratul maut,
kita harus memperbanyak mengucapkan “La ilaha illa Allah”, karena
kalimat itu nanti akan menjadi pendamping kita saat menghadapi sakaratul maut.
Dengan tiga macam ini, jika kita sudah melakukannya, berarti kita sudah
mempersiapkan satu tahapan persiapan.
2.
Ketika
Menghadapi Fitnah Kubur
Di dalam kubur
kita berada sendirian, di sanalah kita nanti akan diuji dengan fitnah kubur.
Untuk menghadapi fitnah kubur, Ibn Rasulullah ﷺ
bersabda: "Barang siapa yang membaca Surah Al-Mulk setiap malam, maka ia
tidak akan terkena mudarat oleh fitnah kubur." Artinya: biasakanlah
membaca Surah Al-Mulk setiap malam, karena dengan demikian kita tidak akan
terkena bahaya dari fitnah kubur.
Jika kita
selamat dari fitnah kubur, maka itu adalah tanda berikutnya bahwa kita akan
lebih mudah menghadapi kesulitan-kesulitan selanjutnya.
3.
Ketika
Terjebak dalam Kubur
Kita akan
terjebak dalam waktu yang sangat panjang ketika berada di dalam kubur, yaitu
sampai hari kiamat. Beramal untuk menambah kebaikan sudah tidak bisa lagi. Pada
saat itu, kita hanya dapat berharap kepada mereka yang masih hidup untuk
senantiasa melakukan amal kebaikan. Rasulullah ﷺ
bersabda: "Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali
dari tiga perkara: sedekah jariyah (yang terus berjalan), ilmu yang bermanfaat,
atau anak saleh yang mendoakannya." Artinya: apabila anak Adam meninggal
dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara tersebut: sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang saleh yang mendoakan kebaikannya.
4.
Ketika
Menghadapi Hari Kebangkitan dari Kubur Menuju Padang Mahsyar
Saat kita
dibangkitkan dari kubur kemudian menuju padang mahsyar, hari itu adalah hari
yang sangat menegangkan yang akan kita hadapi. Jika tidak ada persiapan dalam
menghadapinya, Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa
ketika dibangkitkan dari kubur menuju padang mahsyar, manusia berada dalam
keadaan sangat lapar, haus, dan telanjang. Rasulullah ﷺ
bersabda: "Manusia dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan yang tidak
pernah mereka alami sebelumnya: sangat lapar, sangat haus, sangat lelah, dan
sangat telanjang. Maka siapa saja yang memberi pakaian karena Allah, Allah akan
memberinya pakaian; siapa yang memberi makan karena Allah, Allah akan
memberinya makan; siapa yang memberi minum karena Allah, Allah akan memberinya
minum ..." (hadis). Artinya: umat manusia akan dikumpulkan pada hari
kiamat dalam keadaan sangat lapar, sangat haus, dan sangat telanjang. Barang
siapa yang bersiap memberikan pakaian karena Allah, maka Allah akan memberinya
pakaian. Barang siapa yang bersiap memberi makan karena Allah, maka Allah akan
memberinya makanan. Barang siapa yang bersiap memberi minum karena Allah, maka
Allah akan memberinya minuman.
5.
Ketika
Dihisab Amal
Ada orang-orang
yang dihisab dengan hisab yang sulit atau teliti, dan ada juga yang dihisab
dengan mudah. Namun, ada juga orang-orang yang tidak dihisab sama sekali. Jika
termasuk dari golongan orang-orang yang masuk surga tanpa dihisab, Rasulullah ﷺ bersabda: "Bahwasanya penuntut ilmu,
perempuan yang taat kepada suaminya, dan anak yang berbakti kepada kedua orang
tuanya, mereka masuk surga tanpa hisab." Artinya: penuntut ilmu, perempuan
yang taat kepada suaminya, dan anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya,
mereka masuk surga tanpa hisab.
6.
Ketika
Menghadapi Titian Sirat al-Mustaqim
Inilah
hari-hari terakhir atau fitnah dan ujian yang menentukan. Jika kita tidak
memiliki persiapan, kita akan jatuh ketika melewati titian sirat al-mustaqim.
Rasulullah bersabda: "Orang yang paling kokoh di atas sirat adalah orang
yang paling mencintai ahli baitku." Dan Rasulullah ﷺ juga bersabda: "Barang siapa yang menjadikan masjid
sebagai rumahnya, Allah menjamin dengan kedamaian, rahmat, dan kelulusan dari
atas sirat." Artinya: barang siapa yang menjadikan masjid sebagai
rumahnya, Allah akan menjamin memperoleh kedamaian, rahmat, dan melewati titian
sirat.
Inilah delapan
jenis tempat persinggahan yang pasti akan kita lewati atau ujian yang kita
diperintahkan untuk bersiap-siap menghadapinya. Tidak mungkin mengumpulkan dua
keamanan dan dua kekuatan. Siapa yang takut di dunia terhadap akhirat, maka ia
akan aman di akhirat. Dan siapa yang merasa aman di dunia menghadapi akhirat,
ia akan takut di akhirat. Orang-orang yang takut pasti bersiap-siap.
Keimanan kita
kepada nama Allah Al-Muhshi atau Yang Maha Menghitung dan Maha
Mengetahui akan menuntut kita untuk memiliki akhlak yang menghitung dan
mempertimbangkan amal perbuatan sebagai bekal menghadapi delapan macam
tahapan-tahapan sulit yang akan kita hadapi. Wallahu a'lam bish-shawab.
Komentar
Posting Komentar