81. "الْمُنْتَقِمُ" (Al-Muntaqim)
81. "الْمُنْتَقِمُ" (Al-Muntaqim)
"الْمُنْتَقِمُ" adalah salah
satu nama Allah. "الْمُنْتَقِمُ"
berarti Dia yang Maha Membalas. Maksudnya adalah Tuhan yang memberikan balasan
kepada orang-orang yang sombong dan menghukum orang-orang yang berdosa serta
menimpakan siksaan atas mereka yang menzalimi orang lain, setelah diberikan
peringatan dan diberikan kesempatan beberapa kali. Sehubungan dengan nama Allah
ini, firman Allah dalam Al-Qur'an:
"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah
diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian dia berpaling darinya?
Sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang berdosa."
(Al-Kahfi: 57).
Artinya: Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang telah
diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhan-Nya, kemudian dia berpaling dari ayat-ayat
itu? Sesungguhnya Kami akan membalas orang-orang yang berdosa.
Allah Maha Membalas, namun Dia membalas orang-orang yang melakukan
kejahatan atau dosa setelah mereka diberikan peringatan dan kesempatan beberapa
kali, sebagaimana difirmankan oleh Allah:
"Tidakkah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji setiap tahun
sekali atau dua kali, kemudian mereka tidak bertaubat dan tidak mengambil
pelajaran darinya?"
Artinya: Apakah mereka tidak memikirkan bahwa mereka itu telah
diberikan ujian setiap tahun sekali atau dua kali, kemudian mereka tidak
bertaubat dan tidak menjadikannya sebagai peringatan untuk hari yang akan
datang. Mereka yang berpaling dari peringatan-peringatan tersebut, merekalah
yang mendapat nama Allah Al-Muntaqim, Yang Maha Membalas.
Di akhirat nanti, tempat berlakunya nama Allah Al-Muntaqim adalah
neraka, karena di akhirat itu semua hamba-hamba yang berdosa akan disiksa di
tempat yang disebut neraka.
Para ulama mengutip dalam sebuah hadis bahwa neraka itu memiliki
tujuh lapis. Yang pertama disebut neraka Jahannam, neraka yang paling atas dan
paling ringan dari neraka-neraka berikutnya. Jahannam ini disediakan untuk
orang-orang yang mentauhidkan Allah tetapi bermaksiat kepada-Nya.
Pada tingkat kedua yang lebih bawah lagi ada neraka yang bernama
Lazha, dan tempat ini untuk orang-orang Yahudi.
Pada tingkat ketiga yang lebih bawah lagi disebut neraka Huthamah,
di sini tempatnya orang-orang Nasrani.
Kemudian pada tingkat keempat disebut neraka Sa'ir, di sini
tempatnya orang-orang yang murtad.
Tingkat kelima adalah neraka Saqar, untuk orang-orang Majusi.
Tingkat keenam adalah neraka Jahim, untuk orang-orang musyrik.
Dan yang terakhir adalah neraka Hawiyah, neraka yang paling bawah.
Ini untuk orang-orang munafik, yaitu orang yang lisannya mengaku beriman tetapi
hatinya menolak.
**Untuk orang-orang Islam yang bermaksiat kepada Allah dan tidak
bertaubat serta tidak mendapatkan ampunan Allah, di akhirat kelak mereka akan
ditempatkan di neraka Jahannam. Rasulullah ﷺ
pernah bertanya kepada Malaikat Jibril, "Wahai Jibril! Bagaimanakah
keadaan neraka Jahannam nanti ketika umatku yang durhaka akan disiksa di
dalamnya?" Malaikat Jibril menjelaskan dengan suara lirih dan berkata,
"Jahannam itu adalah neraka yang dinyalakan Allah selama seribu tahun
sehingga apinya menjadi merah, kemudian ditambah lagi seribu tahun sehingga
apinya menjadi putih, dan ditambah lagi seribu tahun sehingga Jahannam menjadi
hitam pekat seperti arang dan tidak memancarkan cahaya."
Kemudian Jibril berkata, "Wahai Muhammad! Andaikan sebesar
lubang jarum dibuka dari neraka dan angin panasnya berhembus ke dunia, niscaya
mati semua makhluk yang ada di dunia ini. Dan andaikan satu mata rantai dari
rantai-rantai di dalam neraka diletakkan di atas gunung yang paling kuat di
dunia, niscaya gunung itu akan runtuh hancur sampai ke bumi yang ketujuh."
Mendengar itu, Nabi Muhammad berkata, "Cukup, cukup, wahai
Jibril, tentang kisah Jahannam."
Jahannam itu adalah tempat di mana di dalamnya terdapat berbagai
macam tempat untuk menyiksa yang sesuai dengan kesalahan mereka. Siksaan itu
juga beragam, dan di dalam Jahannam itu tidak dikenal istilah mati, karena
kematian sudah ditiadakan atau tidak ada, sehingga bagaimana pun siksaan bagi
orang-orang berdosa, mereka tetap dapat merasakannya.
Berikut beberapa contoh siksaan di Jahannam:
1. Rasulullah ﷺ bersabda: "Aku
melihat manusia-manusia yang dipukul di dalam neraka." Nabi Muhammad ﷺ bertanya: "Siapakah mereka itu?"
Jawab Jibril: "Itulah hukuman bagi orang-orang yang semasa hidupnya
durhaka kepada orang tua." Dalam hadis lain disebutkan: "Apabila di
kubur, orang-orang yang durhaka kepada orang tuanya akan digenggam oleh kubur
sampai terlepas tulang-tulang rusuknya."
2. Ada manusia-manusia yang berada dalam perut besar, dari luar dalam
perut itu terlihat ada ular dan kala jengking. Nabi Muhammad ﷺ bertanya: "Siapakah mereka itu?" Jawab Jibril:
"Mereka itu adalah orang-orang yang semasa hidupnya memakan harta
riba."
3. Di dalam Jahannam ada sebuah lembah bernama Jubbul Huzn. Di dalam
lembah itu terdapat berbagai binatang buas berkumpul, semuanya tercipta dari
api. Nabi Muhammad ﷺ bertanya: "Wahai
Jibril, lembah apakah ini?" Jawab Jibril: "Ini adalah Jubbul Huzn
yang disediakan Allah untuk orang-orang yang suka berzina."
4. Di dalam Jahannam ada orang-orang yang dipaksa meminum nanah dan
darah penghuni neraka, mereka adalah orang-orang yang semasa hidupnya suka
minum-minuman keras di dunia.
5. Orang-orang yang meninggalkan shalat akan disiksa di neraka dan
bahkan sebelum mereka masuk ke dalam kubur atau di dunia, mereka sudah
mendapatkan siksa. Siksa dunia tersebut adalah:
a. Dihilangkan keberkahan dalam umurnya.
b. Hilangnya tanda-tanda kesalehan dari wajahnya.
c.
Setiap amal
yang dilakukannya ditolak oleh Allah.
d. Doanya tidak didengar oleh Allah.
e. Ia tidak termasuk dalam doa orang-orang saleh.
Ketika sakaratul maut, siksanya adalah:
1. Mati dalam keadaan hina atau su'ul khatimah.
2. Mati dalam keadaan lapar.
3. Mati dalam keadaan sangat haus.
Di dalam kubur, orang yang tidak shalat akan disiksa. Saat ia masuk
ke dalam kubur, kuburnya akan dihimpit, dan datang ular besar bernama Syujâ’
al-Aqrâ' untuk melilitnya serta mengirimkan api neraka ke dalam kuburnya hingga
hari kebangkitan.
Jika kita bersikap baik, di luar biasa, maka kita akan mendapatkan
siksa yang luar biasa juga.
Orang-orang yang beriman dengan nama Allah, Al-Muntaqim, yang Maha
Menyiksa, harus berakhlak atau bersifat dengan cara:
Pertama, kita harus takut kepada Allah. Takut yang membuat kita berhenti dari
maksiat. Sabda Rasulullah SAW yang artinya: "Tidak ada dari seorang hamba
yang keluar dari kedua matanya satu tetes air mata sebesar kepala lalat
kemudian ia sapukan tetesan itu ke wajahnya, maka Allah mengharamkan wajah itu
disentuh oleh api neraka."
Dalam hadits lain disebutkan: "Tidak akan masuk neraka orang
yang selalu menangis karena takut kepada Allah."
Dalam Al-Qur'an disebutkan: "Dan bagi orang yang takut akan
kedudukan Tuhannya ada dua surga." (Arti dari ayat tersebut adalah:
Dan bagi orang yang takut kepada Tuhannya akan mendapatkan dua surga.) Menurut
para ulama, surga yang pertama adalah surga ma'rifat di dunia, dan surga yang
kedua adalah surga sebagai balasan amal di akhirat.
Takut terdiri dari tiga:
1. Ilmu: yaitu ia mengetahui sifat-sifat kebesaran Allah dan
sifat-sifat-Nya yang Maha Kuat, yang menyiksa orang-orang yang bermaksiat
kepada-Nya di dalam neraka dengan siksa yang sangat pedih.
2. Keadaan: yaitu hatinya bergetar karena takut itu hingga ia menangis.
3. Amal: yaitu menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat yang membuat ia
dimurkai oleh Allah.
Menurut hadits Nabi Muhammad SAW: "Sesungguhnya orang yang
hatinya bergetar karena takut kepada Allah, dosanya berguguran seperti daun
yang berguguran karena ditiup angin." Disebutkan juga dalam hadits:
"Termasuk orang yang diberi naungan pada hari kiamat adalah seseorang yang
meninggalkan maksiat karena takut kepada Allah."
Kedua, orang yang beriman dengan nama Allah Al-Muntaqim, yaitu bahwa Dia
menyiksa musuh-musuh-Nya.
Musuh yang paling utama adalah diri kita sendiri. Jika kita berani
menyiksa diri, maka itu adalah buah dari keimanan kita terhadap nama
Al-Muntaqim.
Menyiksa diri tersebut misalnya ketika kita setiap malam
melaksanakan shalat witir tiga rakaat, namun pada malam itu kita tertidur
sampai waktu subuh, sehingga tertinggal shalat witir. Sebagai hukuman, jika
kita biasa melaksanakan witir tiga rakaat, maka untuk mengganti hukuman, kita
harus menambah witir menjadi lima rakaat atau tujuh rakaat, dan seterusnya.
Begitulah tindakan kita terhadap diri setiap kali diri kita lalai
dalam ibadah. Dan Allah lebih mengetahui yang benar.
Komentar
Posting Komentar