1. Al-Rahman (الرحمن) – Maha Pengasih

 Bab 4

Asmaul Husna dan Implikasi Pendidikan Karakter Islami

 

4.1 Al-Rahman (الرحمن) – Maha Pengasih

1. Pengertian Ar-Rahman

Nama Allah Ar-Rahman berasal dari akar kata rahmah dalam bahasa Arab yang berarti kasih sayang atau belas kasih. Ar-Rahman menggambarkan Allah sebagai Zat yang Maha Pengasih dengan kasih sayang yang meliputi segala sesuatu, tanpa batasan atau perbedaan. Sifat Ar-Rahman menunjukkan kasih sayang Allah yang universal, yang mencakup seluruh makhluk-Nya, baik yang beriman maupun yang tidak beriman, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti.

Kasih sayang Ar-Rahman adalah bentuk rahmat yang begitu besar dan tidak terbatas, yang diberikan Allah kepada semua makhluk tanpa pandang bulu. Inilah sifat kasih sayang yang mendalam, di mana segala sesuatu di dunia ini berjalan atas rahmat-Nya, dan kehidupan ini terus berlanjut dengan segala kebaikan dan nikmat yang Dia berikan. Allah menyebutkan dalam Al-Qur'an,

رَبُّكَ هُوَ ٱلرَّحْمَـٰنُ

"Tuhanmu adalah Yang Maha Pengasih" (QS. Taha: 5).

Ini menunjukkan betapa besar kasih sayang-Nya terhadap seluruh makhluk, di mana bahkan makhluk yang tidak taat sekalipun masih mendapatkan rahmat-Nya dalam bentuk rezeki dan keberlangsungan hidup.

 

2. Hikmah dari Nama Allah Ar-Rahman

Ar-Rahman memberi nikmat-nikmat besar, seperti menciptakan kita dari ketiadaan, memberikan kita iman, Islam, memberikan kita rezeki, kesehatan, akal, ilmu, dan lain-lain.

Ar-Rahman khusus untuk Allah, tidak ada satu pun makhluk Allah yang diberi nama oleh-Nya dengan nama Ar-Rahman. Ar-Rahman adalah nama dari Dzat yang kasih sayangnya tidak bisa disamai dan tidak bisa diukur. Oleh karena itu, nama Ar-Rahman ini khusus bagi Allah, sehingga menurut para ulama, makhluk tidak boleh memberikan nama makhluk lain dengan Ar-Rahman, seperti menamai anak, masjid, toko, atau yang lainnya dengan nama Ar-Rahman. Tidak ada satu pun kasih sayang yang melampaui kasih sayang Ar-Rahman. Rasulullah memiliki kasih sayang yang sangat besar terhadap umatnya, tetapi kasih sayang Allah lebih besar lagi terhadap hamba-hamba-Nya. Ar-Rahman adalah bukti kasih sayang yang sangat besar dari Allah kepada hamba-hamba-Nya.

Orang-orang yang memahami makna Ar-Rahman ini, setiap kali mereka menyebut nama Ar-Rahman atau mendengar Ar-Rahman, hati mereka dipenuhi rasa tenang karena mereka merasa mampu mencapai Tuhan yang Maha Pengasih terhadap diri mereka. Dialah Ar-Rahman yang mengasihi hamba-hamba-Nya yang kasih sayangnya melebihi segala kasih sayang, yang selalu mengampuni, yang selalu memberi tanpa diminta, yang menyelamatkan hamba-hamba-Nya yang seharusnya masuk neraka dan disiksa menjadi masuk surga, serta yang selalu membuka pintu rahmat-Nya.

Salah satu contoh dari rahmat Allah Ar-Rahman adalah kisah Nabi Isa yang pernah melewati sebuah kuburan, lalu beliau melihat dan mendengar seseorang dalam kuburan tersebut sedang disiksa oleh malaikat-malaikat azab. Setelah berjalan cukup jauh, Nabi Isa melewati kembali kuburan tersebut, yang sebelumnya dikelilingi oleh malaikat-malaikat azab, namun sekarang dikelilingi oleh malaikat-malaikat rahmat. Nabi Isa pun berdoa dan memohon kepada Allah untuk mengetahui mengapa kuburan tersebut yang dulu dikelilingi oleh malaikat-malaikat azab kini dikelilingi oleh malaikat-malaikat rahmat. Maka Allah memberikan wahyu kepada Nabi Isa, "Wahai Isa, orang yang berada dalam kuburan itu semasa hidupnya bermaksiat kepada-Ku. Kemudian, ia meninggal dunia meninggalkan seorang istri yang sedang hamil. Istrinya melahirkan, dan beberapa tahun kemudian, anaknya dididik oleh ibunya dengan ajaran agama sehingga si anak tadi mampu mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim" untuk pertama kalinya, maka Allah berfirman: "Wahai Isa, Aku merasa malu untuk mengazab manusia atau makhluk yang di dalam kubur tersebut karena anaknya telah mampu mengucapkan 'Bismillahirrahmanirrahim'."

Akhirnya, makhluk tersebut diselamatkan dari siksa kubur. Ini adalah salah satu contoh dari kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya. Termasuk dalam makna Ar-Rahman yang luar biasa adalah doa orang yang masih hidup dapat memberikan manfaat bagi orang-orang yang berada di dalam kubur, meskipun orang yang sudah berada di dalam kubur tersebut tidak dapat lagi melakukan apa pun. Namun, karena doa-doa orang yang masih hidup dan hadiah-hadiah yang dikirimkan, maka dengan kasih sayang Ar-Rahman, orang yang di dalam kubur tersebut bisa mendapatkan keselamatan.

Seorang anak yang berbuat ketaatan dan kebaikan, maka orang tuanya yang berada di dalam kubur akan mendapatkan pahala, meskipun anak tersebut tidak secara khusus mendoakan orang tuanya. Bahkan jika seorang anak melakukan ketaatan, orang tuanya juga akan mendapatkan pahala, meskipun mereka tidak pernah mengajarkan anaknya untuk berbuat ketaatan karena orang tua adalah sebab keberadaan anak tersebut. Namun, sebaliknya, dengan sifat Ar-Rahman Allah, jika orang tua meninggal dunia dan anaknya masih kecil (belum baligh), kemudian anak tersebut menjadi dewasa dan melakukan maksiat, maka anaklah yang mendapatkan dosa, sementara orang tuanya terlindungi dari dosa yang dilakukan oleh anaknya.

Rasulullah sangat menyayangi umatnya, sehingga Allah tidak memberikan nama-Nya "Ar-Rahman" kepada beliau. Seorang ibu sangat menyayangi anaknya, namun Allah juga tidak memberikan nama-Nya "Ar-Rahman" kepada ibu tersebut. Jika kita mengetahui betapa besar kasih sayang Allah kepada kita, melebihi dari kasih sayang makhluk mana pun, maka hal itu seharusnya menambah kecintaan kita dan penghormatan kita kepada Allah.

Dan setelah kita memahami kandungan makna "Ar-Rahman" ini, berarti kita sudah mendapatkan bagian dari pengenalan tentang "Ar-Rahman" meskipun hanya secara ilmiah. Selanjutnya, kita dituntut bukan hanya sekedar tahu arti "Ar-Rahman", namun hendaknya lebih dari sekedar itu, yaitu kita harus mewujudkan dalam kehidupan kita sifat kasih sayang (Ar-Rahman) ini, kita praktikkan di dalam rumah tangga, lingkungan sekitar, dan dalam berinteraksi dengan masyarakat sehingga kita benar-benar menjadi "Abdur Rahman" sebagaimana juga kita dituntut menjadi "Abdullah".

Imam Al-Ghazali berkata bahwa orang yang menjadi "Abdur Rahman" harus berperilaku penuh kasih sayang kepada hamba Allah, bahkan kepada mereka yang lalai dan ahli maksiat. Mereka itu harus disayangi oleh orang-orang yang ingin dirinya menjadi "Abdur Rahman". Bagaimana caranya menyayangi mereka? Tentu dengan cara menasihati atau mengarahkan mereka.

Salah satu jalan yang keliru menuju kepada Allah adalah dengan menggunakan nasihat yang keras dan kasar, bukan dengan kelembutan dan tidak pula dengan memandang rendah atau sinis terhadap mereka.

Orang yang telah memperoleh gelar "Abdur Rahman", yaitu hamba yang dirahmati dan disayangi, seharusnya menyayangi dan menyayangi orang-orang yang jahat itu memang diperintahkan. Namun, cara menyayangi mereka tentu dengan berusaha menyelamatkan mereka dari kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan, dan perlahan-lahan mengarahkan mereka ke jalan yang benar.

Rasulullah mengajarkan bagaimana sikap kita terhadap hamba-hamba Allah, siapapun mereka. Mengapa harus demikian? Karena orang-orang seperti itu tidak bisa langsung diubah sepenuhnya dengan kekerasan, melainkan dengan kelembutan dan nasihat yang baik. Dengan izin Allah, kita akan bisa membawa mereka ke jalan yang benar. Dan jika kita sudah bisa menyayangi, mampu tidak berperilaku kasar, berarti kita sudah memperoleh bagian dari nama Allah "Ar-Rahman".

Pada suatu waktu, Rasulullah sedang duduk bersama para sahabatnya, tiba-tiba datang seorang pemuda dan berkata, "Wahai Rasul, izinkanlah aku untuk berzina." Para sahabat saat itu berteriak, tetapi Rasulullah yang telah mendapatkan bagian terbesar dari Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) terlihat ketika seorang pemuda meminta izin untuk berzina. Rasulullah berkata, "Bawa dia kemari!" Lalu pemuda itu mendekat. Kemudian Rasulullah bertanya, "Apakah engkau yang meminta izin untuk berzina?" Pemuda itu menjawab, "Benar, wahai Rasulullah." Lalu Rasulullah berkata, "Wahai fulan, apakah engkau mau jika ibumu dizinahi oleh seseorang, atau anak perempuanmu, atau saudara perempuanmu?" Pemuda itu menjawab, "Pasti aku tidak mau, wahai Rasul!" Kemudian Rasulullah berkata, "Wahai fulan, demikian juga orang lain tidak mau ibunya, anak perempuannya, atau saudara perempuannya dizinahi."

Kemudian Rasulullah mendoakan pemuda tersebut sambil meletakkan tangannya di dada pemuda itu, "اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبَهُ وَاغْفِرْ ذَنْبَهُ وَحَصِّنْ فَرْجَهُ" artinya "Ya Allah, sucikanlah hatinya, ampunilah dosanya, dan lindungilah kemaluannya." Akhirnya pemuda itu berkata, "Tidak ada perbuatan yang lebih aku benci daripada berzina." Begitulah cara Rasulullah mendidik manusia yang suka berzina.

Mengamati hadis Rasulullah di atas, sebagian ulama berpendapat bahwa hadis itu memberi isyarat bahwa zina adalah penyakit keturunan, dengan pengertian jika seseorang melakukan zina, maka nantinya ada anak atau cucunya yang melakukan zina. Itulah hukuman di dunia bagi orang yang melakukan zina.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa jika kita sudah memahami kandungan dari nama "Ar-Rahman," kemudian kita praktikkan perilaku Ar-Rahman tersebut dalam kehidupan sehari-hari, seperti orang-orang yang fasik dan ahli maksiat dapat dihadapi dengan mengikuti cara yang diajarkan oleh Rasulullah . Apabila sudah demikian, maka kita telah mendapatkan bagian dari nama Ar-Rahman atau menjadi "Abdur Rahman," hamba Allah yang penuh kasih sayang.

 

3. Pendidikan Karakter dari Nama Ar-Rahman

Nama Ar-Rahman mengajarkan manusia tentang pentingnya memiliki sifat kasih sayang dan perhatian terhadap sesama. Dalam konteks pendidikan karakter, pemahaman tentang Ar-Rahman dapat mendorong perkembangan karakter yang berbasis pada empati, kelembutan hati, dan kepedulian terhadap makhluk lain. Berikut adalah beberapa karakter yang dapat dibentuk melalui pemahaman sifat Ar-Rahman.

a. Karakter Kasih Sayang

Sifat kasih sayang adalah salah satu ciri utama dari Ar-Rahman. Dalam pendidikan karakter, penting untuk mengajarkan kepada anak-anak dan peserta didik bagaimana mengembangkan kasih sayang kepada sesama manusia dan makhluk lainnya. Mereka harus memahami bahwa kasih sayang adalah dasar dari segala interaksi sosial yang baik, di mana tindakan kebaikan dan keadilan tidak akan terwujud tanpa adanya belas kasih.

Pendidikan karakter harus menekankan pentingnya bersikap lemah lembut terhadap orang lain, memahami perasaan orang lain, serta membantu mereka yang membutuhkan. Sebagaimana Allah yang Maha Pengasih, manusia juga harus berusaha meniru sifat kasih sayang ini dalam kehidupan sehari-hari.

b. Empati dan Kepedulian

Ar-Rahman tidak hanya mencerminkan kasih sayang, tetapi juga kepedulian Allah terhadap seluruh makhluk-Nya. Dalam konteks pendidikan karakter, penting untuk menanamkan empati dalam diri peserta didik. Mereka harus mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, serta peduli terhadap kesulitan atau kebahagiaan yang dialami oleh sesama.

Empati adalah keterampilan emosional yang penting untuk dibangun sejak dini. Anak-anak perlu diajarkan untuk mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian, memahami kebutuhan mereka, serta merespon dengan kebaikan hati. Sikap empati ini mencerminkan salah satu aspek penting dari sifat Ar-Rahman dalam kehidupan sosial manusia.

c. Kedermawanan dan Kebaikan

Sebagai Ar-Rahman, Allah memberikan nikmat yang tak terhitung kepada seluruh makhluk, bahkan kepada mereka yang tidak menyembah atau mengakui-Nya. Dari sifat ini, pendidikan karakter dapat menekankan pentingnya sikap dermawan dan berbagi kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan.

Sikap dermawan ini bisa diterapkan dalam bentuk pemberian materi, tetapi juga bisa dalam bentuk perhatian, waktu, atau bantuan lainnya. Anak-anak harus diajarkan untuk tidak bersikap egois atau pelit, tetapi sebaliknya, selalu siap membantu dan berbagi apa yang mereka miliki kepada orang lain yang membutuhkan.

d. Kelembutan dalam Pergaulan

Sifat Ar-Rahman juga mengajarkan kelembutan dan kasih sayang dalam pergaulan. Dalam dunia yang penuh tantangan, peserta didik perlu dibekali dengan sifat kelembutan dalam menghadapi situasi sulit atau ketika berinteraksi dengan orang lain. Kelembutan bukanlah tanda kelemahan, tetapi tanda kekuatan hati yang mampu memahami dan merespons dengan bijaksana.

Dalam pendidikan karakter, peserta didik harus belajar untuk menghadapi situasi konflik atau perbedaan pendapat dengan cara yang lembut dan penuh hormat. Mereka harus diajarkan untuk tidak terburu-buru marah atau bersikap kasar, melainkan untuk meredakan ketegangan dengan sikap sabar dan bijaksana, sebagaimana sifat Ar-Rahman yang selalu penuh kasih sayang dan kelembutan.

e. Kesabaran dalam Berbuat Baik

Ar-Rahman juga mengajarkan manusia untuk bersabar dalam berbuat baik. Sebagaimana Allah yang Maha Pengasih tidak pernah lelah memberikan rahmat kepada makhluk-Nya, manusia juga harus belajar untuk konsisten dalam melakukan kebaikan, meskipun terkadang tidak mendapatkan balasan atau apresiasi dari orang lain.

Kesabaran dalam kebaikan adalah salah satu karakter penting yang perlu dikembangkan, terutama dalam pendidikan karakter. Peserta didik harus dibimbing untuk memahami bahwa perbuatan baik harus dilakukan dengan ikhlas, semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah, tanpa mengharapkan pujian atau balasan dari manusia.

 

4. Kesimpulan

Nama Allah Ar-Rahman membawa pelajaran yang sangat penting dalam membentuk karakter kasih sayang, empati, dan kepedulian terhadap orang lain. Pendidikan karakter yang berbasis pada sifat Ar-Rahman mendorong peserta didik untuk menumbuhkan rasa kasih sayang dan perhatian kepada semua makhluk, tanpa membedakan latar belakang, status, atau keyakinan.

Dengan memahami sifat Ar-Rahman, generasi mendatang diharapkan akan tumbuh menjadi individu yang penuh kasih, lembut dalam pergaulan, dermawan, dan sabar dalam melakukan kebaikan. Mereka akan menjadi teladan kebaikan dalam masyarakat, selalu menebarkan cinta dan rahmat kepada siapa saja, sebagaimana Allah Ar-Rahman selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada seluruh makhluk tanpa kecuali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2 Al-Rahim (الرحيم) – Maha Penyayang

6. "As-Salam"

35.Asy-Syakuur